Inflasi Terkendali, Ekspor Meningkat

  • 25 Apr
  • bidang ikp
  • No Comments

Semarang – Jawa Tengah memiliki peran yang signifikan dalam perekonomian nasional. Hal itu dibuktikan dari capaian pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah beberapa tahun terakhir yang melampaui angka pertumbuhan ekonomi nasional. Pada akhir tahun lalu, angka pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah sebesar 5,27 persen.

“Porsi sumbangan Jawa Tengah mencapai 11,6 persen dari PDB nasional. Dalam beberapa tahun terakhir, perekonomian Jawa Tengah juga tumbuh lebih cepat dibanding perekonomian nasional yang tumbuh stabil, yaitu di kisaran lima persen. Pada tahun 2017, angka pertumbuhan tercatat 5,27 persen,” terang Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah Hamid Ponco Wibowo saat menghadiri Diseminasi Laporan Perekonomian Indonesia 2017 di Ruang Lokapala, Rabu (25/4).

Hamid menambahkan, ekspor Jawa Tengah pada 2017 juga mengalami pertumbuhan sebesar 12,55 persen. Angka tersebut meningkat dari tahun sebelumnya. Hal tersebut terutama disebabkan pemulihan ekonomi global, khususnya di beberapa negara seperti Amerika Serikat, Eropa dan Tiongkok.

“Dari sisi investasi, ekonomi Jawa Tengah terdorong peningkatan investasi di bidang infrastruktur dengan pertumbuhan sebesar 7,5 persen, lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya sekitar 5,9 persen. Pencapaian tersebut tidak terlepas dari upaya koordinasi pemerintah, otoritas terkait, pelaku usaha dengan seluruh pemangku kepentingan dalam menjaga prekonomian di Jawa Tengah agar tumbuh berkelanjutan, seimbang, dan inklusif,” jelasnya.

Senada dengan Hamid, Plt Gubernur Jawa Tengah Drs H Heru Sudjatmoko MSi menambahkan, inflasi pada 2017 sebesar 3,17 persen masih terkendali. Inflasi tersebut masih berada pada kisaran yang ditetapkan oleh pemerintah, yakni 4+-1 persen.

“Kita bersyukur Jawa Tengah pertumbuhan ekonominya cukup mapan berkisar lima persen lebih. Inflasi juga cukup rendah terutama tahun 2017. Mudah-mudahan ini bisa berlanjut pada tahun 2018 dan tahun mendatang,” harapnya.

Mantan bupati Purbalingga itu membeberkan, Pemprov Jateng hingga kini tetap fokus untuk menekan angka kemiskinan. Meski berdasarkan data BPS, pengurangan penduduk miskin di Jawa Tengah periode September 2016-Maret 2017 menempati posisi pertama secara nasional, yaitu sebanyak 43.030 orang.

Heru menambahkan, meski kini investasi di Jateng terus tumbuh dan lapangan kerja bertambah, namun belum sepenuhnya mampu menyerap tenaga kerja lokal. Pasalnya, terdapat sekitar 60 persen tenaga kerja lulusan SD dan SMP dengan keterampilan terbatas. Untuk itu, pihaknya berupaya meningkatkan kualitas pendidikan vokasi, baik formal maupun informal.

“Saya ambil contoh pabrik sepatu yang ada di Salatiga dan Mayong Jepara. Dua pabrik itu masing-masing membutuhkan tenaga kerja 8.000 dan 7.000 pekerja. Lulusan SMK tata busana yang paling mereka sukai karena yang dibutuhkan adalah keterampilan menjahit. Maka pendidikan, termasuk pendidikan vokasi formal maupun nonformal menjadi prioritas kami,” bebernya.

Sementara itu, Deputi Gubernur Bank Indonesia Sugeng menjelaskan, secara umum pertumbuhan ekonomi nasional pada 2017 menunjukkan tren positif karena didukung oleh tiga momentum. Momentum pertama adalah membaiknya pertumbuhan ekonomi dunia yang pada 2017 tumbuh 3,7 persen. Pertumbuhan tersebut lebih baik dari tahun sebelumnya dan ditopang oleh negara Amerika Serikat, Jepang, Tiongkok dan negara interchange market. Perbaikan ekonomi global kemudian mendorong volume pertumbuhan ekonomi.

“Momentum kedua berkaitan dengan stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan yang terus terjaga sebagai buah dari hasil kebijakan sisi makro yang cukup prudence dan konsisten. Stabilitas makroekonomi yang semakin kuat tercermin dari inflasi yang rendah pada kisaran tahun lalu, yaitu 3,61 persen. Sementara itu, transaksi berjalan juga terjaga dan sehat, yakni di bawah tiga persen dari PDB. Kinerja perbankan secara umum juga cukup baik,” bebernya.

Momentum ketiga adalah membaiknya keyakinan makroekonomi terhadap perekonomian di Indonesia. Dari sisi domestik misalnya, perbaikan keyakinan tersebut tercermin pada investasi korporasi melalui belanja modal yang mulai meningkat, terutama pada semester kedua 2017.

Sugeng memrediksi, perekonomian Indonesia mendatang akan semakin membaik karena didukung oleh faktor global dan domestik yang kondusif. Pertumbuhan ekonomi pada 2018 diperkirakan meningkat pada kisaran 5,1 persen hingga 5,5 persen, terutama ditopang oleh permintaan domestik. Sementara itu, investasi swasta meningkat seiring keyakinan pelaku usaha.

“Di sisi konsumsi, kita lihat konsumsi swasta membaik didukung dengan daya beli yang terjaga, stimulus fiskal. Adanya momen pilkada juga memberikan additional growth dan peningkatan pendapatan masyarakat,” bebernya.

Pihaknya juga memrediksi, inflasi niaga masih berada dalam kisaran sasaran. Pada 2018, sasaran inflasi lebih rendah menjadi 3,5 persen +- 1 persen. Sektor keuangan dan sektor eksternal jyga diperkirakan semakin membaik seiring pertumbuhan kredit perbankan. Dari sisi eksternal, defisit transaksi berjalan diyakini masih dalam batas aman, yaitu 2 sampai dengan 2,5 persen.

“Dalam jangka menengah, seiring meningkatnya produktivitas perekonomian sebagai hasil dari reformasi struktural, pertumbuhan ekonomi diperkirakan terus meningkat hingga mencapai 5,8 sampai 6,2 persen pada tahun 2022. Sementara itu, inflasi diperkirakan masih terkendali dalam kisaran tiga persen,” pungkasnya.

Penulis : Ar, Humas Jateng

Editor: Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

 

Berita Terkait