Hujan Ekstrem, Ganjar Minta Pelototi Alur Sungai di Jateng

  • 09 Jan
  • bidang ikp
  • No Comments

SEMARANG – Antisipasi curah hujan ekstrem, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah meminta seluruh stakeholder pasang mata. Tingkatkan kesiagaan terutama di alur-alur sungai yang berpotensi meluap ataupun jebol.

Hal itu ditegaskan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, saat meninjau Posko Terpadu Siaga Banjir, di Wisma Perdamaian, Kamis (9/1/2020). Ia mengatakan, curah hujan berdasarkan prediksi BMKG sangat ekstrem, bisa mencapai 500 milimeter. Hal itu terjadi di wilayah punggungan Jawa Tengah, di sekitar Gunung Slamet dan sekitarnya.

Jika demikian, lanjut Ganjar, ketika hujan ekstrem tercurah pada wilayah pegunungan, pasti akan mengalir ke sungai dan berakhir ke laut. Karenanya, di wilayah-wilayah sungai tersebut, gubernur meminta agar kewapadaan ditingkatkan, khususnya terhadap luapan air sungai ke permukiman maupun jalan-jalan.

“Maka jika hujan seperti ini, kita akan menelpon (petugas) untuk memperingatkan (potensi) tanggul-tanggul jebol ada di mana. Kita antisipasi seoptimal mungkin, kita minta masyarakat diberikan halo-halo (peringatan). Early warning-nya, balai, jalan, alatnya standby (siaga),” ucapnya.

Kasi Penanggulangan Banjir dan Peralatan pada Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Jateng Agus Purwanto mengatakan, di Jateng ada 202 sungai. Dari alur tersebut, beberapa wilayah berisiko terjadi luapan.

“Dari 202 sungai itu, dibagi menjadi 10 satuan sungai, dua aliran sungai yakni Bodri-Kuto dan Pemali-Comal yang menjadi kewenangan provinsi. Fokus kita di situ, namun, tidak lantas hanya disiagakan di tempat itu. Di mana-mana yang banjir, ikut disediakan bahan banjiran (logistik penanggulangan banjir),” jelas dia.

Menurut Agus, lokasi rawan banjir yang berpotensi melimpasi jalan negara di Jawa Tengah bagian utara di antaranya, Kali Gangsa (Brebes), Kali Waluh (Pemalang), Kali Sragi Lama dan Kali Sengkarang (Kabupaten Pekalongan). Selanjutnya, ada Kali Urang, Kali Blorong (Kendal), Kali Bringin (Kota Semarang), Kali Onggorawe, Kali Setu, serta Kali Wulan(Demak), Kali Piji (Kudus) dan Kali Juana (Pati). Di sisi selatan Jateng ada Kali Cijalu, Kali Cilopadang, Kali Wanareja, Desa Cihaur, Kali Dermaji, Kali Buntu (Cilacap), Kali Jatinegara, Kali Luk Ulo, dan Kali Butuh (Kebumen).

Pihaknya juga akan menerapkan standard operational procedure (SOP) terkait laporan risiko banjir dari sungai. Laporan dibuat berdasarkan kualifikasi risikonya, mulai hijau, kuning dan merah.

“Begitu sudah masuk fase kuning ke merah, laporan akan dibuat 30 menit sekali. Laporan itu nanti akan ke BPBD sebagai commander-nya, yang akan mengevakuasi warga,” terang Agus.

Terkait peralatan antisipasi banjir, pihaknya sudah menyiapkan. Di antaranya, 321.825 lembar karung pasir, 250 kilogram bronjong kawat, 370 unit bronjong anyam dan 30 dolken. Adapula, ekskavator, mini ekskavator, vibro roller (pemadat), dan buldozer. (Pd/Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait