Hati-hati, Remaja Putri Jangan Nikah Muda

  • 22 Dec
  • bidang ikp
  • No Comments

Brebes – Pernikahan dini di kalangan remaja putri merupakan salah satu faktor pendorong tingginya angka kematian ibu (AKI) melahirkan. Pasalnya, pada usia yang masih belia, organ reproduksi remaja putri belum siap untuk mengandung dan melahirkan.

“Kenapa tidak boleh menikah terlalu muda,” tanya Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP saat bersilaturahmi dengan pengasuh dan santri Pondok Pesantren Raudlatussu’ada, Kamis malam (21/12).

Pertanyaan tersebut sengaja dilontarkan Ganjar di hadapan para santri, khususnya santri putri, untuk membuka pikiran mereka, jika menikah dini dapat menimbulkan risiko negatif.

“Karena organ reproduksinya belum sempurna. Sehingga bahaya risiko perdarahan bisa saja muncul. Secara mental, remaja putri juga belum siap menjadi seorang ibu,” jelas Nur Hafisah, salah seorang bidan yang tinggal di dekat ponpes.

Mendengar penjelasan Nur Hafisah, Gubernur Ganjar Pranowo mengingatkan agar santri putri menunda usia pernikahannya. Apalagi AKI di Kabupaten Brebes tergolong tinggi.

“Banyak remaja putri kita yang menikahnya terlalu dini. Itu harus hati-hati. Apalagi Brebes ini angka kematian ibu melahirkan tinggi. Kemarin kita membuat program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng untuk menekan AKI. Kalau melihat ada ibu di sekitar kita yang sedang hamil langsung ditanya, sudah periksa atau belum, bayinya sehat tidak,” jelasnya.

Orang nomor satu di Jawa Tengah itu mengimbau para santri agar memanfaatkan waktu menimba ilmu di pondok pesantren untuk membangun karakter diri yang kuat. Karena generasi muda yang berkarakter akan mampu menangkal serangan terhadap Pancasila sebagai ideologi bangsa dan ajaran agama.

“Pesantren punya metode untuk mengajarkan karakter kepada anak-anak. Maka orang pondok kalau sudah lulus mereka punya karakter yang kuat. Kalau melawan hoax, mereka hati-hati, mereka tabayyun dulu, mengkonfirmasi apakah benar atau tidak. Ketika ada orang-orang yang ingin mengirimkan pikiran-pikiran yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam, maka bisa ditangkal karena mereka punya karakter yang kuat,” imbaunya.

Sebelum mengunjungi ponpes, Gubernur Ganjar Pranowo berdialog dengan masyarakat Desa Grinting, Kecamatan Bulakamba. Orang nomor satu di Jawa Tengah itu menuturkan, selama dua hari melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Brebes, petani bawang merah mengeluhkan harga komoditasnya yang saat ini anjlok. Harga bawang merah per kilogramnya berkisar Rp 7 ribu. Sementara itu, harga normal penjualan bawang merah di pasar biasanya berkisar Rp 17 ribu.

“Sekarang yang sedang menangis adalah petani brambang karena harganya terjun bebas. Apalagi sisa-sisa yang sudah disortir itu harganya Rp 3.000. Padahal harga yang layak menurut mereka Rp 20.000 per kilogram. Harga Rp 15.000 bahkan belum bisa sesuai karena brambangnya belum kering. Maka sekarang butuh teknologi untuk mengeringkan,” bebernya.

 

Penulis : Ar, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait