Hasilkan Produk Inovatif Saja Tak Cukup 

  • 01 Dec
  • bidang ikp
  • No Comments

Grobogan – Membangun ekonomi kreatif tak hanya membuat produk inovatif. Peningkatan nilai jual pun mesti diperhatikan.

Hal itu disampaikan Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP saat membuka Expo Grobogan Ekonomi Kreatif 2017 di Alun-alun Kabupaten Kota Purwodadi, Rabu (30/11). Menurutnya, dalam meningkatkan nilai ekonomis produk, kreativitas harus terus digali.

“Ekonomi kreatif niku sak jane ora mung kreatif gawe, ning kreatif ngedol, kreatif desain, kreatif rasa,” katanya.

Ganjar mencontohkan komoditas kedelai lokal Grobogan yang merupakan varietas unggulan, tidak hanya dibuat menjadi produk tempe dan tahu. Namun sudah dilakukan beberapa diversifikasi makanan, seperti keripik tempe, kue semprong, bolu, hingga brownies. Meski demikian produk-produk tersebut memerlukan sentuhan kreatif pada desain, packaging dan cara menjual agar memiliki nilai jual yang lebih tinggi lagi.

Karenanya, para pelaku UMKM yang mengolah komoditas kedelai perlu mendapat pendampingan dan pelatihan untuk menciptakan inovasi produk makanan yang dapat menarik minat banyak konsumen.

Desain produksine sing apik. Mengko njaluk diajari ben hasile luwih apik. Niki mangke dadi panganan sing bergengsi,” ujarnya.

Mantan anggota DPR RI ini juga menyatakan akan terus mendorong peningkatan komoditas kedelai lokal yang memiliki keunggulan non GMO (Genetically Modified Organism) atau kedelai tanpa rekayasa genetika. Sehingga lebih sehat dan aman dikonsumsi. Pengembangan kedelai akan diperluas tidak hanya di Kabupaten Grobogan, namun juga di Kabupaten Purworejo dan Kebumen yang diharapkan menjadi daerah sentra komoditas kedelai.

“Kita akan menggandeng Perhutani untuk membuka lahan yang akan ditanami kedelai,” tuturnya.

Pada Expo Grobogan Ekonomi Kreatif 2017, Ganjar juga mendapat penghargaan Rumah Kedelai Award 2017 dari Pemerintah Kabupaten Grobogan. Orang nomor satu di Jawa Tengah itu dinilai telah  berperan besar dalam memajukan dan meningkatkan produk kedelai lokal.

Expo Grobogan Ekonomi Kreatif 2017 juga mencatatkan rekor Muri bagi Pemkab Grobogan yang memrakarsai pembuatan tempe terbesar tidak hanya se-Indonesia namun juga sedunia dengan ukuran 7×10 meter. Rekor ini mengalahkan rekor sebelumnya yang dipegang Pemkab Malang dengan tempe berukuran 6×9 meter.

Bupati Grobogan Sri Sumarni mengatakan pembuatan tempe terbesar ini untuk memromosikan kedelai lokal hasil budidaya petani di wilayahnya. Sehingga diharapankan varietas kedelai Grobogan bisa bersaing hingga ke pasar internasional.

“Untuk membuat tempe ini diperlukan bahan baku kedelai sebanyak dua ton, kemudian difermentasi selama dua hari. Setelah jadi tempe beratnya mencapai 3,6 ton,” katanya.

Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Sumarjo Gatot Irianto mengatakan petani kedelai di Grobogan harus mulai mengubah mindset dalam menjual kedelai. Jika dulu hanya menjual komoditas kedelai secara polosan, sekarang harus mulai diubah dengan menjual brand.

“Harganya bisa lima kali lebih tinggi dibanding menjual produk polosan,” katanya.

Dengan begitu, imbuh Gatot, petani akan mendapat manfaat langsung dari harga jual yang tinggi tersebut. Namun petani juga harus terus meningkat pamor kedelai lokal dengan menjaga kualitas produk yang ramah lingkungan, tanpa pengawet, sehat dan aman dikonsumsi.

“Nanti kita akan dorong agar kementerian, pemerintah provinsi, kabupaten/ kota, dan instansi-instansi lainnya menggunakan kedelai atau tempe dari Grobogan untuk menu harian,” pungkasnya

 

Reporter : Kh, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait