Hari Kelautan Nasional, Jateng Perkuat Ekosistem Pesisir dan Perlindungan Nelayan

  • 02 Jul
  • ikp
  • No Comments

KEBUMEN – Bertepatan dengan Hari Kelautan Nasional 2025, Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin menyampaikan komitmennya dalam memperkuat sektor kelautan.

Dia mengapresiasi kontribusi seluruh pelaku sektor kelautan di Jateng, mulai dari nelayan, petambak, pembudidaya rumput laut dan garam, hingga pekerja kapal dan buruh industri pengolahan ikan. Sebab, dari 35 kabupaten/ kota di Jateng, 17 wilayah berada di wilayah pesisir, dan menyimpan potensi ekonomi kelautan yang besar.

“Kita punya kekuatan ekspor produk perikanan hingga ke Asia Timur dan Amerika. Tapi saat ini, tantangan kita juga besar, terutama krisis iklim yang menyebabkan abrasi, rob, dan kerusakan ekosistem mangrove,” ujarnya, saat meresmikan Masjid Baitul Hasan di Kebumen, Rabu (2/7/2025).

Untuk menjawab tantangan tersebut, Pemprov Jateng menguatkan program Mageri Segoro, yakni sebuah gerakan rehabilitasi pesisir berbasis kolaborasi masyarakat, kampus, dan komunitas lingkungan. Program itu difokuskan pada pemulihan vegetasi mangrove dan penguatan sabuk pantai.

“Pemulihan ekosistem mangrove akan menahan abrasi, mengembalikan garis pantai, sekaligus meningkatkan hasil tangkapan dan produksi tambak,” jelas Taj Yasin.

Selain itu, Jateng juga memperkuat sektor pergaraman, salah satunya di wilayah Batangan, Pati. Melalui BUMD PT Sarana Pembangunan Jawa Tengah (SPJT), kini dibangun fasilitas pengolahan garam industri yang mulai beroperasi sejak Juni 2025.

“Dengan luas lahan 2,5 hektare, fasilitas ini mampu memproduksi 25 ribu ton garam per tahun, dan menyerap hingga 30 ribu ton garam dari petambak lokal,” jelasnya.

Dalam kesejahteraan, imbuh wagub, Pemprov Jateng menyiapkan berbagai program untuk nelayan kecil, ABK kapal, hingga buruh industri pengolahan ikan. Mulai dari pelatihan, distribusi alat tangkap, penguatan kelompok budidaya, hingga pengawasan harga hasil laut.

Distribusi BBM jenis solar diatur secara strategis, agar mudah diakses nelayan. Sementara itu, asuransi nelayan didorong melalui program Jamkrida.

Di sektor industri perikanan, Pemprov juga mendorong pengusaha untuk memastikan buruh, termasuk perempuan dan ibu rumah tangga, terakses BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan, serta mendapatkan upah dan jam kerja yang layak.

“Kesejahteraan pelaku sektor kelautan merupakan kunci kekuatan ekonomi pesisir,” pungkasnya.

Sebagai informasi, pada kesempatan lain Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Jawa Tengah, Endi Faiz Effendi menyampaikan, pertumbuhan produksi hasil kelautan dan perikanan di Jateng menunjukkan tren yang positif dari tahun ke tahun, terutama dalam jangka waktu lima tahun terakhir.

Tercatat produksi perikanan tangkap di Jateng terus mengalami peningkatan, yakni 2018 sebanyak 309.759 ton, 2019 sebanyak 331.493 ton, 2020 sebanyak 343.587 ton, 2021 sebanyak 351.238 ton, 2022 sebanyak 366.912 ton, 2023 sebanyak 372.517 ton, dan 2024 mencapai sekitar 379.124 ton.

Sementara, produksi perikanan budi daya juga terus berkembang. Rinciannya, 2018 mencapai 623.945 ton, 2019 sekitar 656.738 ton, 2020 sebanyak 668.402 ton, 2021 sebanyak 693.116 ton, 2022 mencapai 707.225 ton, 2023 sebanyak 718.909 ton, dan 2024 sekitar 732.480 ton. Adapun komoditas unggulannya, antara lain nila, lele, bandeng, udang vaname, dan gurame. (Humas Jateng) *ul

 

 

Berita Terkait