Hapus Imej Miring Kemukus, Kuncinya Dukungan Masyarakat

  • 29 Aug
  • Prov Jateng
  • No Comments

Semarang – Ritual seks di Gunung Kemukus yang berlokasi di Desa Pendem, Sumber Lawang, Sragen dikabarkan telah mendunia. Tapi bukan berarti pemerintah diam saja menghadapi kondisi tersebut.

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Tengah Dadang Somantri menyampaikan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah maupun Pemerintah Kabupaten Sragen terus berupaya menghapus ritual seks yang dilakukan sejumlah oknum di Gunung Kemukus. Apalagi, objek wisata itu sebenarnya merupakan wisata religi untuk berziarah ke Makam Pangeran Samudro. Keindahan alam di lokasi tersebut menambah pesona tersendiri.

Sayangnya, masih ada yang menyalahartikan keberadaan Gunung Kemukus dengan melakukan laku ritual tertentu yang diklaim bisa membuat cepat sukses dan kaya. Bahkan, sampai ada yang mengakhiri ritual berhubungan seks bukan dengan pasangan sahnya.

“Itu sudah menyimpang dari keberadaan Gunung Kemukus sebagai objek wisata religi. Sepertinya, tidak ada satu pun agama yang menghalalkan berhubungan seks selain dengan orang suami atau istrinya yang sah,” tegas Dadang.

Untuk menghapus imej miring dari Gunung Kemukus, pemerintah telah melakukan berbagai upaya. Antara lain, mengadakan pembinaan keagamaan kepada warga sekitar Gunung Kemukus dengan mengundang tokoh–tokoh agama, pembinaan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), pengajian dan dzikir bersama di sekitar Makam dan Obyek Wisata Gunung Kemukus, pembinaan homestay, press release dengan wartawan, konsultasi dengan praktisi/ ahli pariwisata untuk pengembangan destinasi, kerja sama dengan Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita), akademisi, manajemen pariwisata.

Pemerintah Kabupaten Sragen juga telah membangun musala di kawasan Gunung Kemukus. Selain itu juga dibangun pagar pembatas antara rumah warga dengan kompleks makam, sehingga ritual keagamaan yang ada di makam tidak terganggu dengan aktivitas masyarakat.

“Bapak Gubernur juga berulangkali mengingatkan masyarakat sekitar Gunung Kemukus agar menjaga wilayah tersebut dari tindak asusila yang justru dapat merusak imej objek wisata religi. Sebab apa yang dilakukan pemerintah tak akan berhasil tanpa dukungan masyarakat. Jadi, kuncinya ada di masyarakat,” beber Dadang.

Meniadakan tindak asusila di kawasan tersebut, menurutnya, tak akan membuat daya tarik Gunung Kemukus berkurang. Apalagi, pemerintah terus berupaya menyajikan agenda wisata yang menarik di tempat itu. Seperti larab slambu yang diadakan setiap bulan suro, sedekah bumi, dan wayangan pada bulan sura.

Pemerintah juga terus melakukan pengembangan di objek wisata Gunung Kemukus yang merupakan zona kawasan pendukung wisata Sangiran, sub kawasan II (Gunung Kemukus-Kedung Kancil-Kedung Ombo). Dalam hal ini, jejaring dan linkage antara situs manusia purba Sangiran sebagai destinasi tujuan wisata utama dengan sekitarnya terus ditingkatkan.

“Pada Zona A, zona wisata budaya makam Pangeran Samudro di Gunung Kemukus juga menjadi perhatian yang akan dibenahi. Seperti, membangun Menara Pandang di Gunung Kemukus, menambah penanda dan lampu jalan. Dengan begitu, Gunung Kemukus benar-benar menjadi objek wisata religi yang tak ternoda dengan imej miring lainnya,” tandasnya. (Ul, Diskominfo Jateng)

 

Berita Terkait