Halal Jadi Gaya Hidup

  • 05 Jun
  • bidang ikp
  • No Comments

Semarang – Suasana halaman Kantor Gubernur Jawa Tengah Selasa pagi (5/6) itu tampak ramai. Stan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berjajar rapi lengkap dengan pajangan dagangan mereka. Seperti aneka kuliner halal, busana muslim, dan produk kosmetik hingga perbankan syariah. Barisan stan UMKM “Jambore Halal 2018” itu dipadati pengunjung yang antusias berbelanja keperluan Ramadan dan Lebaran.

“Jambore Halal 2018 ini diselenggarakan untuk mengoptimalkan program pengembangan produk unggulan daerah di Jawa Tengah, meningkatkan  mutu produk UMKM dari aspek kehalalan, dan menumbuhkan kesadaran tentang arti penting produksi makanan yang baik dan halal serta memfasilitasi UMKM untuk memperoleh sertifikasi halal,” terang Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Tengah Dra Ema Rachmawati MHum.

Ema menambahkan, Jambore Halal 2018 digelar selama tiga hari, yaitu pada 5-7 Juni 2018 pukul 09.00-16.00 WIB. Pihaknya membeberkan, pada tahun ini terdapat 494 UMKM yang difasilitasi untuk memperoleh sertifikasi halal.

Ketua Umum BPD Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jawa Tengah Ferry Firmawan menyambut baik penyelenggaraan Jambore Halal 2018. Terlebih, saat ini halal bukan semata-mata tuntutan bagi pemeluk agama Islam, namun juga telah menjadi gaya hidup masyarakat.

Ferry berharap, Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim dapat memacu ekspor produk-produk halal ke pasar dunia. Pihaknya mencontohkan, meski penduduk muslim di Brasil minim, namun negara tersebut dikenal sebagai pengekspor komoditas unggas terbesar ke Timur Tengah.

“Brasil yang penduduk Islamnya di bawah satu persen adalah pemasok komoditas unggas terbesar ke Timur Tengah. Ini memacu kita karena Indonesia yang notabene mayoritas penduduknya Islam harus mempunyai orientasi ekspor. Sehingga Islam betul-betul menggerakkan ekonomi umat,” harapnya.

Ferry menambahkan, HIPMI Jateng berupaya menumbuhkan jiwa kewirausahaan di kalangan santri demi mengurangi tingkat kemiskinan di desa. Upaya tersebut ditempuh melalui program Santrenpreneur.

“Pada hari ini juga HIPMI me-launching Santrenpeneur yang pada tahap pertama bekerja sama dengan beberapa ekskaresidenan pondok pesantren karena kami berpikir kemiskinan terbesar ada di desa-desa. Santri dikenal memiliki kedisiplinan dan komitmen untuk membangun ekonomi. Kami berharap bisa terus melakukan pelatihan, permodalan, dan pendampingan,” jelasnya.

Senada dengan Ferry, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah KH Ahmad Daroji berbahagia dengan penyelenggaraan Jambore Halal 2018 untuk pertama kalinya itu. Pihaknya juga bersyukur, pemerintah bersama DPR telah menerbitkan UU Nomor 33/2014 tentang Jaminan Produk Halal karena langkah tersebut mendorong minat perusahaan untuk mendapatkan sertifikat halal dari MUI.

“Tahun ini kenaikannya hampir tiga persen. Kami berterima kasih dengan adanya langkah tersebut karena berarti telah menyelamatkan generasi penerus dari mengonsumsi produk haram. Produk halal selain enak dimakan itu juga penuh barokah,” ujarnya.

Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Dr Ir Sri Puryono KS MP menuturkan, penyelenggaraan Jambore Halal 2018 memberikan kemudahan kepada masyarakat, khususnya warga muslim, untuk memperoleh dan mengonsumsi produk halal. Hal tersebut selaras dengan tuntunan Islam sebagaimana firman Allah pada QS Al-Maidah:88 yang berarti makanlah apa yang diberikan Allah kepadamu sebagai rezeki yang halal dan bertakwalah kepada Allah yang kamu imani.

Sri Puryono berpesan agar produsen senantiasa mempertahankan 3K, yaitu kuantitas, kualitas, dan kontinyuitas serta jaminan halal.

“Ingat 3K: kuantitas, kualitas, dan kontinuitas serta jaminan halal dan barokah. Jangan berhenti berinovasi. Berikan produk yang bagus kualitasnya, kuantitasnya cukup dan jaga kontinuitas,” pesannya.

 

Penulis : Ar, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait