Gus Yasin : Kiai Jangan Hanya Ajarkan Agama

  • 20 Oct
  • bidang ikp
  • No Comments

REMBANG – Pada era digitalisasi dan globalisasi, tantangan santri Indonesia ke depan semakin berat. Tidak cukup dengan berlari, tetapi harus mampu melompat. Santri tidak hanya dituntut mahir membaca kitab dan belajar agama, namun harus mampu menguasai keterampilan di berbagai bidang.

“Mari kita tunjukkan bahwa santri bisa mewarnai segala lini, termasuk sektor ekonomi. Pada era sekarang ini, para santri tidak lagi dituntut berlari tetapi harus mampu meloncat. Selain itu santri mampu menjaga NKRI dan menjadi penerus tokoh-tokoh nasional,” ujar Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen saat membuka Lomba dan Pameran Produk Unggulan Pondok Pesantren, di Alun-alun Rembang, Minggu (20/10/2019).

Pada pameran dalam rangka peringatan Hari Santri Nasional tingkat Jawa Tengah itu, Gus Yasin, sapaan wagub, menyampaikan, era revolusi industri seperti sekarang, santri harus inovatif dan kreatif. Ia mencontohkan beragam produk UMKM karya para santri yang berasal dari 35 kabupen/ kota di Jateng yang dipamerkan pada peringatan ke-5 Hari Santri Nasional, seperti kain tenun dan sarung batik, serta seni kaligrafi dari Ponpes Miftahul Huda Grobogan yang pemasarannya menembus mancanegara.

“Pemprov melalui Dinas Koperasi dan UMKM terus melakukan pendampingan di ponpes-ponpes, termasuk berbagai pelatihan keterampilan berwirausaha, pengurusan izin usaha, pengemasan, pemasaran, pengelolaan gudang, dan manajemen keuangan. Sehingga para santri mendapatkan skill untuk bekal berwirausaha,” bebernya.

Gus Yasin juga mencontohka ponpes di Pati yang sudah membuka toko retail berbasis pondok pesantren dengan brand Sentramart. Tak sekadar toko retail umum, toko yang sepenuhnya dikelola ponpes itu juga menjual produk-produk UMKM lokal, sehingga ikut memberdayakan UMKM di sekitarnya.

Menurutnya, beragam produk para santri harus dipasarkan lebih luas. Model pemasaran tidak hanya secara manual, tetapi harus memanfaatkan internet yang jangkauannya sangat luas. Tidak kalah penting, kerja sama dengan berbagai pihak, sehingga produk-produk ponpes dapat bersaing dengan produk lainnya.

Mantan anggota DPRD Jawa Tengah ini menyebutkan, potensi produk unggulan ponpes di Jateng sangat tinggi. Apalagi di provinsi ini ada lebih dari 4.000 ponpes. Apabila ada 50 persen pondok pesantren memiliki produk unggulan, maka sekitar 200 produk diharapkan dapat meningkatkan ekonomi para santri dan ponpes.

“Saya berharap, para kiai dapat mengedukasi para santrinya. Tidak hanya mengajarkan agama, tetapi juga keterampilan lainnya, termasuk ekonomi. Jika ada permasalahan maka Islam bisa menjadi penyelesaiannya,” harap wagub.

Bupati Rembang Abdul Hafidz berharap, peringatan ke-5 Hari Santri Nasional, mampu membangkitkan santri-santri milenial di penjuru nusantara. Santri sekarang dan ke depan tidak hanya mahir kitab kuning atau belajar agama dan olahraga, namun juga mengusai ekonomi

“Terima kasih bapak gubernur dan wakil gubernur yang telah merumuskan langkah-langkah untuk kemajuan pesantren di era milenial dan globalisasi, sehingga pesantren tidak kalah dengan yang lain,” katanya.

Menurutnya, peringatan Hari Santri Nasional tingkat Jateng yang ditempatkan di Rembang, diharapkan dapat merumuskan langkah-langkah yang lebih konkret, supaya pesantren dapat bangkit di berbagai bidang sekaligus mempunyai daya ungkit untuk membangun Indonesia, termasuk membangun Rembang. Apalagi Rembang merupakan Kota Santri dan telah melahirkan banyak tokoh nasional. (Humas Jateng)

Berita Terkait