Portal Berita
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
Guru Ngaji Ini Manfaatkan Insentif dari Ganjar untuk Tambah Modal Usaha
- 02 Apr
- ikp
- No Comments
DEMAK – Ahmad Afifudin merasa senang menerima uang insentif dari Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Sebab guru ngaji asal RT 5 RW 02, Desa Tamansari, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak, ini bisa memanfaatkan insentif, untuk menambah modal usaha sang istri berjualan gorengan.
“Kadang-kadang itu satu tahun baru kita ambil (di rekening), terutama kayak puasa begini, itu biasanya kita bisa nambahi modal untuk istri. Biar ayem, tambah modal sedikit-sedikit,” ungkap Afif, di musala yang bersebelahan dengan rumahnya, Sabtu (1/4/2023).
Menurut pria yang telah mengajar sejak 1994 ini, uang insentif yang diterimanya Rp100 ribu per bulan atau setahun Rp1,2 juta. Uang diterimanya langsung melalui rekening bank atas nama masing-masing penerima.
Meski nilai insentif tak banyak, diakuinya, itu tetap lebih baik ketimbang tak ada sama sekali. Mengingat hal itu merupakan salah satu bentuk kepedulian Pemerintah Provinsi Jateng kepada guru ngaji atau kiai kampung seperti dirinya.
“Saya matur nuwun sekali dengan pemerintah, dengan Pak Ganjar sama Pak Yasin (Wagub Taj Yasin Maimoen) dan yang lain, dapat insentif. Tapi walaupun, mohon maaf, nilainya tidak seberapa, tapi lumayan membantu daripada tidak sama sekali,” ungkapnya, yang juga imam musala sebelah rumahnya.
Sejak 1994 mengajar, kata Afif, memang belum pernah ada insentif. Dia menuturkan, insentif bagi guru agama baru ada di era Ganjar-Taj Yasin. Oleh karena itu dia sangat berterima kasih kepada gubernur dan wagub. Dia berharapan program itu bisa dipertahankan dan nilainya ditingkatkan.
“Selama ini (dulu-dulu) tidak pernah ada (insentif), terus ada, ya sangat terbantu sekali. Kita juga senang karena selama ini tidak pernah ada. Kalau orang yang memikirkan agama Allah, maka akan mendapatkan rezeki dari jalan yang tidak disangka-disangka,” ucapnya bersukur.
Afif menyampaikan, dia dan para guru maupun ustaz, tidak menyangka akan ada insentif bagi mereka.
“Ujug-ujug (tiba-tiba) ada (insentif) ya, sangat terbantu sekali. Bahwa minimal itu diteruskan. Kalau bisa ditambah,” ujar Afif.
Guru ngaji memang ikhlas dalam mengajar generasi muda. Sebab, kata dia, tanpa guru agama, anak-anak jauh dari nilai agama, semakin jauh dari nilai budaya dan mereka tetap di jalan yang diridai oleh Allah SWT, termasuk, agar anak-anak tidak lupa dengan nilai ketimuran mereka. Itulah yang dilakukan para guru agama di desa.
Afif menyebutkan serentetan aktivitas mengajar yang dilakukan. Sejak pagi, dia mengajar pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di MTs Mifathul Ulum Ngemplak Mranggen hingga pukul 14.00 WIB. Kemudian, mengajar di Madrasah Diniyah berupa ilmu nahwu dan sorof di dekat rumahnya sampai 16.30 WIB. Sorenya, dia ikut membantu istri jualan gorengan dan jajanan. Setelah magrib, Afif ngajar anak-anak ngaji di musala.
“Kalau bicara lelah, lelah sekali. Tapi bagaimana lagi, kita niat sudah lillahi taala. Karena kata Rasulullah SAW, kan sebaik-baik manusia adalah manusia yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Kita niatnya agar anak-anak kenal dengan Allah, kenal Rasulullah, mereka punya akhlakul karimah,” ujarnya.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan, bantuan insentif pengajar keagamaan pada 2019 ada 171.131 orang, pada 2020 ada 211.455 orang, pada 2021 ada 211.455 orang, pada 2022 ada 211.455 orang, dan pada 2023 ada 230.830 orang.
Menurut Ganjar, pemberian insentif kepada pengajar atau guru agama itu merupakan bentuk apresiasi. Sebab, guru agama telah menjadi agen yang mengajarkan kedamaian, kebaikan, toleransi, serta mendidik budi pekerti anak-anak. Nilai-nilai yang sangat bagus dalam konteks menjaga harmoni kebhinekaan serta moderasi umat beragama.
“Harapan kami pada guru-guru ini nantinya juga akan mengajarkan hubungan beda agama, juga nilai hubungan antarmanusia. Sehingga ke depan akan bisa menjadi warga yang rukun, punya nilai-nilai yang sangat bagus. Sehingga berteman dengan yang beda suku, agama, ras semua sudah terbiasa, bukan kemudian mereka saling mengelompokkan diri, dan kemudian saling memusuhi. Ini harapan kami di balik pesan-pesan itu,” ungkap Ganjar. (Ak/Ul, Diskominfo Jateng)