Gunakan Biogas Kotoran Sapi, Kaswi Tak Lagi Beli Gas Elpiji

  • 18 Oct
  • Prov Jateng
  • No Comments

Demak – Kotoran sapi tak selamanya jorok dan tidak bermanfaat. Jika dimanfaatkan limbah itu justru dapat menjadi sumber energi. Seperti yang dirasakan 38 kepala keluarga di Desa Sidorejo Kecamatan Karangawen Demak yang menggunakan biogas dari limbah kotoran sapi. Salah satunya Kaswi yang setahun terakhir ini memroduksi biogas di belakang rumahnya.

Saat Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP meninjau pengembangan reaktor biogas kandang sapi di Sidorejo, Rabu (18/10), Kaswi menuturkan, selama setahun ini dia tidak lagi membeli elpiji tiga kilogram karena memanfaatkan biogas dari kotoran sapi untuk memasak. Padahal, dulu, satu bulan setidaknya dia membeli dua tabung gas. Kekhawatiran masyarakat jika masakan akan bau kotoran sapi pun tidak terbukti.

Di samping untuk memenuhi kebutuhan energi, imbuhnya, ampas sisa kotoran bisa digunakan untuk pupuk kompos, sehingga bisa menambah pendapatan. Sisa kotoran sapi yang belum bisa diolah menjadi biogas per hari mencapai empat ton, mengingat kapasitas digesternya hanya delapan kubik.

Pemrakarsa reaktor biogas Desa Sidorejo, Darsono menambahkan di desanya ada sembilan reaktor biogas. Semua reaktor itu sudah dimanfaatkan oleh 38 kepala keluarga.

Meski sudah 38 KK yang memanfaatkan biogas, Darsono masih ingin mengembangkannya. Apalagi, sudah ada tawaran dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jateng. Sayangnya, untuk menanamkan pemahaman mengenai manfaat biogas, masih dirasa sulit.

“Mengubah mindset warga Sidorejo itu sulit. Awal kita memberikan wawasan biogas, untuk menggunakan sulit. Katanya bau,” ujarnya.

Gubernur Ganjar Pranowo menanggapi, memberikan pemahaman kepada masyarakat memang tidak mudah, apalagi kalau hanya dengan ceramah. Justru yang lebih efektif adalah memberikan pemahaman dengan memberi contoh.

“Jangan diceramahi, mesti wegah. Carane dikongkon nonton demplot, dinggo contoh. Nek sampun ndelok dewe, hasile ana, saged mlampah,” katanya.

Sembilan reaktor biogas yang kini ada, lanjut Ganjar, bisa diceritakan terus menerus melalui media sosial. Sehingga membuat orang penasaran dan ingin datang untuk melihat langsung.

Nek cerita, wong pengen teko. Nek teko, bisa ndelok. Nek ndelok bisa ngerti. Nek ngerti mengko ana pitakonan, manfaat ora, murah ora, masalahe apa. Kita lagi mendorong itu. Dan itu bisa jadi alternatif tambahan penghasilan,” jelas orang nomor satu di Jawa Tengah itu.

Ditambahkan, hasil nyata yang diperoleh masyarakat dari pengolahan biogas, terutama untuk mengurangi kemiskinan, nantinya bisa didorong pemerintah untuk diprogramkan secara rutin. Sehingga, lebih banyak lagi masyarakat yang terbantu.

 

Penulis : Rt, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait