Gubernur Gagas Wisata Galangan Kapal di Batang

  • 30 Aug
  • Prov Jateng
  • No Comments

Batang – Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP menggagas kawasan galangan kapal di Desa Karangsari, Kecamatan Batang, Kabupaten Batang menjadi destinasi wisata yang memadukan industri kapal dengan bahari. Sehingga perekonomian masyarakat dapat meningkat.

“Industri kapal di Batang semakin tumbuh, kalau bisa ini malah menjadi tontonan rakyat yakni destinasi wisata galangan kapal. Jika alur ini dipelihara dengan baik maka orang melihatnya tidak lagi dari jalan tapi melewati alur sekaligus piknik,” ujar Gubernur Ganjar saat dialog dengan masyarakat dan pekerja galangan kapal di Desa Karangsari, Kecamatan Batang, Rabu (30/8).

Menurut dia, potensi industri pembuatan kapal tangkap ikan di pesisir pantai utara Batang luar biasa. Skala besar dengan orderan banyak tapi kondisi kawasan kurang tertata sehingga tidak sedap dipandang mata. Sehingga pemkab, pemprov, dan pusat duduk bareng untuk menata bersama-sama.

Sepet didelok. Mungkin jika tertata akan terlihat cantik. Kabupaten bisa menyiapkan desainnya dan pemprov mendukung. Kalau perlu BBWS saya panggil kemudian duduk bareng untuk menata bersama-sama,” beber Ganjar.

Sementara itu, untuk meningkatkan industri kapal dengan pekerja sebagian besar merupakan warga sekitar tersebut, gubernur meminta Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jateng segera berkoordinasi dengan pemerintah pusat untuk memudahkan perizinan galangan kapal.

“Ini gampang, karena sudah ada keahlian dan order, tinggal mengembangkan. Ini potensi bisnis bagus tinggal jalan dan bisa menyejahterakan masyarakat sekitar, kalau umpama mau ditata tidak sulit bagi pemerintah,” tandasnya.

Sementara itu salah seorang pengusaha pembuatan kapal warga Karangsari, Ombudiono berharap Pemerintah Provinsi Jateng memfasilitasi para pengusaha pembuatan kapal di Batang dalam mengurus perizinan galangan kapal.

Selain itu, pengusaha kapal maupun nelayan meminta pemerintah menata Jembatan Sungai Sambong sekaligus mengeruk muara sungai agar tidak dangkal. Selama ini kondisi jembatan dan muara di kawasan tersebut menjadi kendala para pengusaha dan nelayan karena mengganggu lalu lintas kapal bersandar.

“Order kapal terus meningkat, tapi saya terkendala perizinan galangan. Pernah mengajukan izin tahun 2014 tapi mental,” imbuhnya.

Ombudiono menyebutkan, sebagian besar kapal hasil produksi dikirim ke luar Jawa Tengah. Bahkan beberapa hari lalu telah mengirim delapan unit kapal ke Muara Angke dan Muara Baru, Jakarta. Harga satu unit kapal berbahan kayu meranti asal Kalimantan dan merbau asli Papua, antara Rp 450-Rp 550 juta. Harga itu untuk kapal kosong. Sedangkan kalau dilengkapi pendingin, lampu, dan lainnya mencapai Rp 2 miliar.

“Saat ini kapal yang ada di darat dan siap dikirim sebanyak 29 unit . Kemarin baru kirim ke Jakarta delapan unit kapal berukuran 30 Gross Ton (GT),” terangnya.

 

Penulis : Mn, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

 

Berita Terkait