Grebeg Sura Candiwulan Wujud Kerukunan Warga

  • 22 Sep
  • Prov Jateng
  • No Comments

Purbalingga – Jika kegotongroyongan dan kebersamaan senantiasa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, kerukunan dan kedamaian akan terpelihara dengan baik. Seperti halnya kegiatan Grebeg Sura di Desa Candiwulan yang terselenggara atas keguyuban warga dan dinikmati oleh semua masyarakat.

“Warga di sini memang guyub dan rukun. Semua bergotong royong menggalang dana untuk menggelar kegiatan Grebeg Sura, kemudian malam ini semua berkumpul menyaksikan hiburan rakyat. Semoga keguyuban ini terus terjaga,” ujar Wakil Gubernur Jawa Tengah Drs Heru Sudjatmoko MSi di sela-sela menyaksikan pagelaran wayang kulit di Dusun Sudan, Desa Candiwulan, Kecamatan Kutasari, Purbalingga, Jumat (22/9) dinihari.

Pagelaran wayang kulit yang mengangkat judul “Semar Bangun Khayangan” dengan dalang Ki Yakut Jedher dalam rangkaian Grebeg Sura 1 Muharram 1439 H itu, dihadiri pula Wakil Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi serta forum komunikasi pemimpin daerah (Forkopimda) setempat.

Di hadapan seribuan warga yang memadati Halaman PAUD Candiwulan, mantan Bupati Purbalingga itu juga mengingatkan agar warga tidak mudah percaya dengan berita bohong atau hoax yang banyak beredar mekalui media sosial, pesan berantai, maupun media massa. Terutama beragam informasi yang berisi ujaran-ujaran kebencian dan pemicu permusuhan.

“Semua berhati-hati dengan hoax. Jangan mudah terpengaruh dengan informasi-informasi yang memicu permusuhan dan memecah belah kerukunan ini,” pintanya.

Senada disampaikan Wakil Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi, melalui kegiatan yang sarat nilai agama dan budaya tersebut diharapkan memotivasi masyarakat untuk berkontribusi memajukan pembangunan daerah. Kegiatan itu sekaligus momentum untuk refleksi diri, berhijrah melalui berbagai kegiatan positif.

Menurutnya, terdapat beberapa aspek dalam penyelenggaraan Grebeg Sura tersebut. Yakni aspek spiritual sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan atas kemakmuran, sehingga diharapkan menambah ketakwaan kepada Yang Maha Kuasa. Selain itu juga aspek sosial, di mana semua dana untuk kegiatan memperingati tahun baru hijriah ini berasal dari swadaya masyarakat dan untuk masyarakat.

Tidak kalah penting adalah aspek cultur atau budaya yang terkandung dalam kegiatan tersebut. Pagelaran wayang kulit merupakan upaya nguri-nguri atau melestarikan seni budaya daerah agar tidak hilang tergerus modernisasi.

“Saya sangat mengapresiasi kegiatan ini, semoga ke delan semakin senantiasa sengkuyung dan guyub,” imbuhnya.

Sementara itu, Ketua Panitia Grebeg Sura Candiwulan, Edy menyebutkan dana yang terkumpul dari masyarakat melebihi Rp 40 juta. Tidak hanya dari masyarakat kalangan ekonomi menengah ke atas, beberapa masyarakat tidak mampu ikut berpartisipasi menyumbang dana dengan ikhlas untuk kegiatan tersebut.

“Ini membuat panitia terharu dan menitikan air mata. Ada yang hidup sebatang kara, ada yang bekerja buruh tani, tapi tanpa diminta beliau-beliau ingin ikut iuran. Maka malam ini mereka kami panggil ke panggung untuk menerima bingkisan dari panitia atas keikhlasan partisipasi mereka,” bebernya.

 

Penulis : Mn, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait