GPA VIII Catat Transaksi Lebih Dari Rp32 M

  • 30 Jul
  • bidang ikp
  • No Comments

Temanggung – Dilihat dari bentuknya, mirip dengan jeruk bali. Tapi ketika dibuka daging buahnya, warnanya lebih merah dan tanpa biji. Rasanya pun, berbeda dengan jeruk bali karena jeruk pamelo lebih manis dan segar.

Jeruk pamelo itu merupakan salah satu buah lokal unggulan dari Desa Bageng Pati, yang ikut dipamerkan dalam event Gelar Promosi Agribisnis VIII di Pusat Pelayanan Agribisnis Petani (PPAP) Agro Center Soropadan Jl Raya Magelang – Semarang KM 13 Pringsurat Temanggung.

Selain jeruk pamelo, ada banyak produk pertanian unggulan asli Jawa Tengah yang dipamerkan. Mulai dari benih, hasil olahan pangan, buah, sayur, tanaman hias, perikanan, peternakan, hingga teknologi alat pertanian.

Saat acara penutupan GPA, Senin (30/7), Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, Yuni Astuti melaporkan, kegiatan tahunan ini sangat diminati masyarakat. Terbukti, selama penyelenggaraan pameran, tidak pernah sepi pengunjung.

“Pengunjung hari pertama (Kamis, 26/7) 16 ribu, hari kedua tanggal 27 Juli, 23 ribu, hari sabtu karena weekend 48.500 lalu hari minggunya 47 ribu, dan hari ini diperkirakan 16 ribu. Sehingga total pengunjung selama lima hari 149.500 pengunjung. Ini cukup baik,” urainya.

Selama lima hari pameran, imbuh Yuni, transaksi yang tercatat pun cukup bagus. Total transaksi yang dibukukan sebesar Rp32,417 miliar. Jumlah tersebut terdiri dari transaksi stan sebesar Rp 218 miliar, nonstan Rp436,5 juta dan pasar lelang sebesar Rp29,8 miliar.

Wakil Gubernur Jawa Tengah Drs H Heru Sudjatmoko MSi yang menutup kegiatan pameran menuturkan, event yang setiap tahun diselenggarakan ini menjadi ajang untuk mengevaluasi hasil-hasil pertanian di Jateng agar kualitasnya semakin baik, ketersediaannya mencukupi dan berdaya saing di tengah ketatnya persaingan di tingkat global.

“Agribisnis, yang namanya bisnis, termasuk bisnis untuk produk-produk pertanian, tidak terlepas dari persaingan. Tidak hanya persaingan antarwilayah, tapi juga persaingan global,” tuturnya seraya mengingatkan.

Menurut Heru, Indonesia menjadi negara impor pangan tujuan dunia karena jumlah penduduknya yang besar. Di dunia, jumlah penduduk Indonesia menduduki ranking empat. Sehingga menjadi pasar potensial.

“Mereka mendesak kita terus. Kalau bisa ya udah orang Indonesia nggak usah makan beras, mi instan saja, supaya mereka bisa menjual gandumnya lebih banyak ke Indonesia. Kalau bisa orang Jateng ndak usah makan buah yang dihasilkan kita sendiri. Yang impor-impor saja. Yang seperti ini persaingan,” jelasnya.

Menyadari persaingan bisnis pangan yang ketat itu, dia tidak pernah bosan mengampanyekan konsumsi bahan pangan lokal. Tujuannya agar masyarakat lebih menggemari pangan produksi sendiri. Sebab, jika tidak dicegah berbahaya.

“Kalau tidak dicegah, maka yang paling senang importirnya. Yang lebih senang lagi adalah negara-negara yang memproduksi barangnya. Kalau kayak gitu kita kalah. Ndak bisa berdaulat. Malah dijajah dari sisi pangan,” tutupnya.

Dalam kesempatan itu, Wagub juga menyerahkan hadiah berbagai lomba selama GPA VIII berlangsung. Antara lain, lomba cerdas cermat, merangkai tanaman obat/ biofarmaka, burung berkicau, vlog, foto, dan mancing. Selain itu juga dilakukan penyerahan lomba stan terbaik I kepada DInas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah, terbaik II Bank Indonesia, terbaik III Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan Kabupaten Kendal, serta stan favorit Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Demak.

 

Penulis : Rt, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

 

 

Berita Terkait