Gotong Royong Tak Sebatas Kerja Bakti

  • 26 Apr
  • bidang ikp
  • No Comments

Pati – Waktu belum lagi menujukkan pukul 06.00. Namun, Desa Margorejo, Kamis (26/4) tadi sudah terlihat ramai. Para siswa dari sekolah dasar setempat mulai berjajar di sepanjang jalan. Satu per satu tamu berdatangan. Termasuk, Plt Gubernur Jawa Tengah Drs H Heru Sudjatmoko MSi dan Plt Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah Hj Sudarli Heru Sudjatmoko.

Tak lama kemudian, Plt Gubernur didampingi Bupati Pati Haryanto memukul kentongan sebagai tanda dimulainya pencanangan Bulan Bakti Gotong Royong Masyarakat XV dan Hari Kesatuan Gerak PKK ke-46 Tingkat Provinsi Jawa Tengah. Usai memukul kentongan, Plt Gubernur langsung mengecek rumah warga RT 1/ RW 2 bernama Jasmi yang sedang diperbaiki secara gotong royong oleh warga.

Keinginan Jasmi yang sudah lama ingin memperbaiki rumah akhirnya terwujud setelah mendapat bantuan dari Baznas Kabupaten Pati senilai Rp 10 juta. Bantuan itu ternyata mampu merangsang masyarakat sekitar untuk turut memberi uluran tangan. Dari masyarakat setempat, terkumpul bantuan sebesar Rp 6,45 juta. Pemilik rumah pun senang bukan kepalang.

Dari rumah Jasmi, Plt Gubernur menuju ke wilayah RW VII, dimana warga tengah
bergotong royong membeton jalan. Sebagai tanda dimulainya pekerjaan pembetonan, Heru menuangkan adukan beton ke bidang cor. Kegiatan gotong royong berlanjut dengan penanaman pohon trembesi secara serentak di Desa Penambuhan. Sejumlah pejabat yang melakukan penanaman pohon adalah Plt Gubernur, Bupati Pati, Kapolres Pati, dan Kepala Dispermadesdukcapil Provinsi Jawa Tengah.

Pada kegiatan pemberdayaan perempuan, Plt Gubernur meninjau pelaksanaan KB dengan pemasangan alat kontrasepsi implant dan IUD di rumah warga bernama Hartati. Di tempat tersebut, terdapat 100 ibu yang mendapat pelayanan KB implant, dan 80 ibu ber KB IUD.

Niki putrane pun sami pinten? Menawi sampun langkung kalih nggih mboten napa-napa. Sing penting sampun niat KB. Mangke dilayani kanthi sae. Mudah-mudahan KB menjadikan ibunya sehat, putrane kerumat,” sapa Heru ketika bertemu dengan para ibu yang tengah mengantre ber-KB.

Bupati Haryanto juga mengimbau agar warganya, terutama pasangan usia subur, dengan kesadaran diri mau ber-KB. Apalagi saat ini biaya hidup semakin mahal. Dengan ber-KB, kebutuhan keluarga akan lebih bisa tercukupi.

“Agar keluarga sejahtera dan bahagia menika, putrane kedah mboten kathah-kathah, amargi biaya hidup sakmenika mahal. Saengga, menawi dua anak, kula kinten langkung sae, amargi kebetahan mangke saged dipun cekapi,” imbaunya.

Usai mengecek seluruh kegiatan BBGRM dan HKG PKK, Plt Gubernur Heru Sudjatmoko menuju lokasi ceremony Pencanangan BBGRM di Lapangan Margorejo. Saat memberikan sambutan, dia menyampaikan kegiatan gotong royong dan PKK tidak pernah bisa saling lepas.

“Kalau kita membaca 10 program pokok PKK, maka sebenarnya seluruh progran itu jiwanya, rohnya adalah gotong royong. Program-program itu bisa terlaksana, terutama karena kegotong royongan kita, kegotong royongan ibu-ibu PKK, juga dukungan berbagai pihak,” tuturnya.

Heru meminta gotong royong yang belakangan ini mulai memudar agar dihidupkan lagi. Menghidupkannya tidak hanya di lingkup kecil masyarakat, tapi juga dalam mengelola suatu daerah, dan bahkan negara.

“Bagaimana gotong royong bisa menjiwai kita semua. Memang gotong royong yang paling mudah dilihat dalam kehidupan kelompok kecil masyarakat. Misalnya, di lingkungan posyandu, di mana kader posyandu mau bergotong royong tanpa berharap upah, tapi tiap bulan bersedia mengadakan kegiatan penimangan bayi dan balita,” jelasnya.

Gotong royong tak sebatas kerja bakti. Di lingkup yang lebih besar, Heru mencontohkan, membayar pajak adalah bentuk gotong royong dalam berkontribusi membiayai pembangunan. Selain itu, mau membeli produk dalam negeri, juga akan sangat membantu berkembangnya UMKM.

“Presiden kini mencanangkan untuk bergotong royong mencegah stunting atau kerdil. Tumbuh kembang anak yang tidak normal, tidak hanya berpengaruh pada fisik, tapi juga kecerdasannya,” ungkapnya.

Gotong royong, kata mantan Bupati Purbalingga ini, sebenarnya nilai budaya, khususnya budaya Jawa yang sudah lama. Walaupun saat ini perwujudannya berbeda, tetap harus terus dikumandangkan. Sebab, ada nilai persatuan, kebersamaan, tolong menolong dan rela berkorban di dalamnya.

Penulis : Rt, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait