Portal Berita
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
Glamping Linggarjati, Tempat Eksotis Magelang yang Ngehits
- 02 May
- ikp
- No Comments
MAGELANG – Magelang tak hanya memiliki Candi Borobudur. Banyak tempat eksotis di daerah yang sedang dikembangkan menjadi kawasan superprioritas nasional destinasi wisata itu.
Salah satunya Glamping Linggarjati. Sebuah tempat camping nan eksotis yang berada di lereng Gunung Sumbing, tepatnya di Alas Krincing Mangli, Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang. Tempat itu menyuguhkan pemandangan alam yang memanjakan pengunjungnya.
Banyak orang yang dibuat penasaran dengan wisata yang baru dibuka pada Februari 2021 ini. Termasuk, orang nomor satu di Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
Saat motoran ke Magelang untuk merayakan Hari Pendidikan Nasional dengan mengunjungi sejumlah siswa di sekolah terpencil Magelang, Minggu (2/5/2021), Ganjar menyempatkan mampir ke Glamping Linggarjati. Sepanjang perjalanan, pemandangan khas pegunungan langsung menyambut Ganjar dan rombongan.
Lapar dan dahaga karena puasa tak terasa. Jalan terjal dan sempit yang hanya bisa dilalui sepeda motor, tak menyurutkan langkah Ganjar mendatanginya. Sesampainya di sana, ia langsung merasakan kepuasan di dada.
“Ini keren sekali. Tempatnya sejuk dan asri. Di kejauhan terlihat Kota Magelang, dan katanya kalau pagi bisa melihat matahari terbit. Ini eksotis,” ungkapnya.
Ganjar senang karena pengembangan kawasan Borobudur disambut antusias masyarakat. Dengan sadar, masyarakat yakin bahwa kelak kawasan Borobudur akan menjadi jujugan wisatawan.
“Jadi kalau ke Magelang dan ingin menikmati kesunyian, bersatu dengan alam dan ingin merenung, di sini tempat yang bagus. Tempatnya keren, sejuk dan sangat nyaman. Jauh dari keramaian kota dan bisa bersantai dengan keluarga,” ucapnya.
Pengelola Glamping Linggarjati, Edi Hartanto mengatakan, terdapat tiga kamar tidur berbentuk seperti tenda di lokasi itu. Pengunjung dapat menikmati suasana sunyi dengan ngecamp di tempat itu hanya dengan biaya Rp375.000. Sementara di akhir pekan atau libur nasional, harganya sedikit naik menjadi Rp400.000.
“Di sini tidak ada sinyal, tidak ada musik, tidak ada televisi. Jadi benar-benar sunyi,” katanya.
View pedesaan di pegunungan menjadi daya tarik tersendiri. Hamparan ladang kol dan aneka sayuran terhampar di sepanjang mata memandang. Kicau burung liar juga menambah suasana menjadi romantis.
Aneka menu masakan ndesa siap memanjakan lidah para pengunjungnya. Apalagi, sayur yang disajikan sangat segar karena dipetik langsung dari ladang di sekitarnya.
“Meski pandemi, pengunjung tetap ramai datang ke sini. Jadi kalau mau menginap, harus reservasi dulu dan harus berlomba dengan calon pengunjung lainnya,” tutupnya. (Humas Jateng)