Garda Terdepan Tangkal Narkoba, Ibu Dituntut Jadi Teman dan Pelindung Anak

  • 11 Jul
  • bidang ikp
  • No Comments

SEMARANG – Danar dan Tatung tak bisa membayangkan bagaimana nasibnya kini, jika ibu mereka tidak merangkul mereka kembali ke jalan agama yang lurus, jauh dari miras dan narkoba.
Ya, Danar atau Agus Widanarko dan Tatung alias dari Hilarius Mukti Catur Nugroho, merupakan penyintas miras dan narkoba, yang kini menjadi penggiat penyuluh antinarkoba.
“Berkat ibulah kami bertobat dan menuju jalan lurus lagi menjauhi miras dan narkoba,” ujar Duo The Blangkon itu.
Danar mengaku mereka terjerumus miras dan narkoba, karena jauh dari keluarga, merantau di kota orang, bebas tidak ada keluarga yang melarang.
“Kita terjerembab narkoba karena jauh dari keluarga, di luar kota, merasa bebas, keluarga nggak ada yang larang, akhirnya kecemplung,” ungkapnya, saat talkshow  bertemakan “Peran Keluarga Menyiapkan Genre Bebas Napza untuk Membentuk Generasi Bebas Stunting untuk Indonesia Maju”, dalam Rapat Kerja Dharma Wanita Persatuan Provinsi Jawa Tengah, di Gedung DWP, Selasa ( 11/7/2023)
Danar bersyukur, Tuhan memberikan kesempatan kedua kepada mereka untuk bertobat. Ia melayangkan ingatannya kepada tiga temannya yang terjerembab narkoba, namun tak memiliki kesempatan bertobat karena menjadi buron, gila, bahkan meninggal.
Danar mengaku ia adalah penyintas miras, belum sampai narkoba, karena pekerjaannya dulu adalah manajer diskotik malam di Jakarta pada 2006. Titik balik hidupnya menjauhi dunia gemerlap ketika ia pulang kampung dan bertemu ibunya.
Ibunya mengenalkan kepada ustaz, dan akhirnya Danar mantap bertobat. Mulai 2010, ia resmi menjadi penyuluh narkoba, dan kini menjadi Staf Penyuluh Wasbang dan P4GN (Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika) di Bakesbangpol Kabupaten Sukoharjo.
Dengan cara penyuluhan yang atraktif dan kreatif, hampir 1.000 desa telah ia sambangi untuk menyosialisasikan bahaya narkoba. Karena dedikasi tingginya itu, pada 2014 Danar menerima penghargaan Nasional dari Presiden, sebagai Pejuang Antinarkoba Terbaik se-Indonesia, yang diberikan Wakil Presiden RI Budiono di Istana Merdeka.
Danar mengingatkan seluruh peserta maupun masyarakat, jangan sekali-kali mengenal narkoba apalagi mencobanya. Karena sekali mencoba, akan ketagihan dan susah untuk berhenti.
Hal itu dibenarkan Tatung. Diakui, gara-gara mengenal ganja, dia ditangkap dan direhabilitasi. Beruntung setelah rehabilitasi, ibunya selalu mendampingi, hingga akhirnya kini ia bertobat, bahkan menjadi salah satu guru bimbingan konseling dan kesenian di salah satu sekolah di Solo.
Tatung mengungkapkan, awalnya ia mencoba narkoba karena merasa bosan dan ingin merasa santai. Setelah menggunakan ganja, pikirannya menjadi tenteram dan damai, serta berhalusinasi yang indah. Namun dibalik “kenikmatan” yang menjerumus itu, Tatung mengingatkan jika mengonsumsi narkoba menjadikannya gampang paranoid dan curiga.
Berbagai efek negatif dari narkoba dijelaskan pula oleh Kepala Bidang P2M BNN Provinsi Jawa Tengah Susanto. Dia menjelaskan, narkoba sedikit demi sedikit dapat merusak jaringan otak secara permanen.
Susanto pun memberikan tips cara mengidentifikasi anak, apakah dia terkontaminasi narkoba, yaitu berdasarkan efek yang ditimbulkan dari penyalahgunaan narkoba pada kesehatan tubuh. Narkoba dibagi menjadi tiga golongan, yaitu depresan, stimulan, dan halusinogen.
Ciri-ciri pengguna narkoba dengan jenis depresan, perilakunya tenang, menyendiri, diam, lebih sedih, halusinasi, pupil mengecil. Hal ini karena zat yang masuk memperlambat proses tubuh dan otak, seperti menurunkan tekanan darah, suhu tubuh, detak jantung, dan kontraksi otot.
Untuk narkoba jenis stimulan, perilakunya sangat semangat, sangat percaya diri, tahan tidak makan, tidak ingat sedih, berani, gigi rusak, pupil melebar.
Narkoba golongan halusinasi, zatnya dapat memengaruhi sistem saraf, dan menyebabkan timbulnya halusinasi (khayalan). Pengguna zat itu mendengar dan melihat sesuatu yang sebenarnya tidak nyata. Halusinasi ada pada narkoba depresan maupun stimulan.
Susanto mengingatkan selain komunikasi keluarga, pertahanan diri masing-masing harus ditingkatkan, agar tidak mudah terpengaruh bujuk rayu yang menjerumuskan dari narkoba.
Ketua Dharma Wanita Persatuan Provinsi Jawa Tengah Indah Sumarno menyampaikan, penyuluhan narkoba di kalangan para ibu, khususnya DWP, sangatlah penting agar para anggota DWP yang sekaligus seorang ibu, dapat melindungi anak dan keluarganya dari narkoba. Mereka mendapat edukasi seputar seluk beluk narkoba, seperti bentuk-bentuk narkoba, efek yang ditimbulkan, ciri-ciri pengguna narkoba, dan cara menghindarinya.
Indah menyampaikan, masa remaja sangat rentan, karena anak-anak lebih dekat kepada teman sefrekuensi. Sehingga sebagai ibu, juga harus bisa menjadi teman, agar tahu siapa saja teman-teman anaknya, lingkungannya bagaimana. Ibu dituntut selalu ada di sisi anak, sehingga anak tidak tercemplung di dunia narkoba sebagai pelarian maupun kenakalan remaja.
“Masa remaja rentan karena anak-anak  lebih memilih teman yang sefruekuensi dibanding keluarga. Oleh karena itu sebagai ibu kita juga harus bisa menjadi seorang teman, untuk melindungi anak dari pergaulan negatif dan kenakalan remaja,” tandasnya. (Ic/ Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait