Gap Komunikasi Pengaruhi Kesehatan Mental Remaja, Orang Tua Didorong Perkuat Bonding

  • 30 Jun
  • ikp
  • No Comments

SEMARANG – Perbedaan paham komunikasi atau gap antara orang tua dan anak, dapat mengakibatkan anak, khususnya remaja, mengucilkan diri dan rentan gangguan mental. Karenanya, orang tua mesti membuka komunikasi yang apik dengan anak.

Hal itu ditekankan Sekretaris Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah Ema Rachmawati, dalam seminar “Kesehatan Mental Remaja”, di Universitas Semarang (USM), Senin (30/6/2025).

Ema mengungkapkan, berdasarkan poling yang diselenggarakan oleh Dinas Perlindungan Perempuan dan Anak Jateng, dari 20.000 responden hanya 20 persen anak yang nyaman berkomunikasi dengan orang tua mereka. Kebanyakan, lebih nyaman mengadu pada kawan sebaya.

Penyebabnya, komunikasi orang tua dianggap cenderung memberi label negatif atau memberi penghakiman sepihak. Hal itu yang kemudian ditengarai memengaruhi kesehatan mental anak-anak dan remaja. Sebab, mereka tidak menemukan figur yang tepat untuk bisa mengurai permaslahan mereka.

“Oleh karena itu Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah itu kan punya program namanya pola asuh anak remaja dengan penuh cinta kasih sayang di era digital atau Paaredi,” tuturnya.

Oleh karena itu, Ema mengajak kader PKK terus mengampanyekan tentang Paaredi. Ia berharap dengan itu, pola komunikasi orang tua terhadap anak dan remaja bisa berubah. Mereka diharap tidak memberi “judgement“, namun lebih fokus mendengar bila sedang berinteraksi dengan anak dan remaja.

“Tips pertama dengarkan anak, kemudian jangan langsung membuat simpulan. Lalu obrolkan, dengan mengobrol akan membangun empati. Seolah kita merasakan dunia mereka, terakhir membangun bonding atau ikatan,” jelas Ema.

Hal serupa diungkapkan oleh Ketua Majelis Himpunan Psikologi Jawa Tengah Prof Dr Hardani Widhiastuti. Menurutnya, kunci untuk menyehatkan mental remaja adalah komunikasi. Ia menyebut, komunikasi mampu mengurai permasalahan yang mungkin dialami oleh remaja dalam pergaulan.

“Pertama komunikasi, kemudian empati, baik orang tua terhadap anak dan sebaliknya. Untuk menyeimbangkan emosi, perbanyaklah kegiatan positif,” jelas Hardhani, yang juga pengajar di Fakultas Psikologi USM. (Pd/Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait