Ganjar Praktikkan Penggunaan Gelang Getar Salat

  • 19 Sep
  • bidang ikp
  • No Comments

Semarang – Sempat viral di media sosial, Aisyah Ardani akhirnya bertemu Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, di Ruang Kerja Gubernur, Rabu (19/9). Bersama rekannya, Aisyah memamerkan hasil risetnya untuk kaum difabel, gelang getar salat (GGS).

Kepada Ganjar, Aisyah menjelaskan GGS berfungsi sebagai indikator gerak salat berupa getaran. Efek getar pada gelang dipilih karena alat tersebut khusus diciptakan untuk penyandang tunarungu.

Dalam pemakaiannya, terdapat dua gelang untuk dipakai imam dan makmum. Gelang yang dipakai imam akan mengirim kode setiap gerakan salat kepada gelang makmum sehingga menghasilkan sebuah getaran.

“Kami menciptakan ini karena tidak banyak alat yang membantu teman-teman difabel, khususnya tunarungu dalam hal ibadah,” kata Aisyah.

Aisyah Ardani merupakan mahasiswa semester V Universitas Islam Sultan Agung Semarang yang juga penyandang disabilitas. Temuannya tersebut juga tidak terlepas dari curhatan kawan-kawannya sesama penyandang disabilitas.

Pertimbangan lain dalam penciptaan GGS tersebut adalah soal fiqih. Aisyah mengatakan dalam Madzhab Syafi’i, yang banyak dianut di Indonesia, jika seseorang dalam salat bergerak lebih dari tiga kali, maka salatnya batal.

“Untuk teman-teman tunarungu akan kesulitan mendengar takbir dari imam, tidak jarang dari mereka sering menoleh untuk mengetahui gerak imam. Karena pertimbangan fiqih tersebut, kami lahirkan GGS,” katanya.

Saat ini untuk proses penciptaan GGS, tim menghabiskan biaya mencapai Rp5 juta-Rp6 juta. Namun besarnya biaya tersebut akan terpotong jika mampu diproduksi massal.

“Jika dikloning atau produksi masal bisa mencapai Rp400 ribu. Dan kemungkinannya bentuk akan diperkecil,” katanya.

Saat ini GGS telah tercatat dalam program kreativitas mahasiswa Kemristekdikti. Setelah berlaga pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas), GGS akan dilombakan di Kuala Lumpur. Aisyah terkumpul dalam tim dari Universitas Sultan Agung yang terdiri dari lima orang. Karena mengalami kesulitan untuk berangkat ke Malaysia, akhirnya Aisyah ngetweet yang ditujukan ke akun Ganjar Pranowo.

Malam Pak @ganjarpranowo,Sy mahasiswi difabel d Unissula. Sy & tmn2 sedang mengembangkn Gelang Getar Shalat utk membantu tmn2 tuli. GGS mendpt ksmpatan dipresentasikan pd konferensi internasional, namun kami terhalang masalah financial. Jk Bpk berkenan kami mohon wkt utk audiensi.”

Cuitan Aisyah lewat akun twitter-nya pada 16 September tersebut bahkan telah di-retweet lebih dari 1975 kali. Ganjar pun sempat membalas cuitan Aisyah.

Monggo… kampus bantu gak?

Setelah itu, Aisyah lantas dihubungi ajudan Ganjar dan akhirnya bertemu di kantor Gubernur Jawa Tengah, jalan Pahlawan Semarang.

“Itulah hebatnya pemerintahan, kalau mereka (mahasiswa) mengalami kesulitan, tahu harus mengadu ke siapa. Banyak mahasiswa berprestasi yang kampusnya kelimpungan, setelah mahasiswa juara karena lolos ke perlombaan di banyak tempat dan waktu,” kata Ganjar.

Ganjar pun langsung meminta pada Wildan, salah satu anggota tim dari Unissula untuk mengenakan GGS di lengannya. Wildan sengaja mengenakan GGS makmum pada lengan gubernur. Setelah tombol on ditekan, Wildan bergerak dan Ganjar pun merasakan getaran di lengannya.

“Ini luar biasa. Tapi akan jadi sepele bagi orang yang tidak ngerti. Idenya yang luar biasa,” kata Ganjar.

Setelah berbincang dengan Aisyah dan tim, Ganjar berpikiran akan lebih luar biasa jika temuan GGS itu disempurnakan. Misalnya ditambah untuk mendeteksi perbedaan gerakan salat, getaran pengingat waktu salat. Bahkan dia terbayang GGS semakin luar biasa jika mengalami transformasi bentuk.

“Ini kan masih berupa gelang siapa tahu besok bisa jadi cincin. Atau bahkan, karena semua orang punya handphone, siapa tahu alat ini bisa ditransformasi ke aplikasi, jadi nanti kalian jualnya aplikasi, yang fungsinya sama dengan gelang itu. Kalau bisa luar biasa,” katanya. (Prov Jateng)

 

Berita Terkait