Ganjar : Operator BRT Siap-siap Taksidak

  • 13 Aug
  • bidang ikp
  • No Comments

Banyumas – Demi ingin mencoba naik Bus Trans Jateng rute Purwokerto-Purbalingga yang mulai Senin (13/8) beroperasi, Painah, warga Teluk Purwokerto rela menunggu sekitar 30 menit di shelter. Dia terkejut, ketika pintu BRT dibuka, disambut Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP.

Painah pun dipersilakan duduk di tempat duduk yang semula ditempati oleh Ganjar. Saat ditemui, dia menuturkan, mengetahui informasi peluncuran Trans Jateng dari radio. Perempuan paruh baya itu pun senang, akhirnya di daerahnya ada transportasi massal yang tarifnya terjangkau, hanya Rp4.000 untuk masyarakat umum.

“Senang ada BRT. Biasanya naik minibus sampai Banyumas Rp10.000,” bebernya

Senada disampaikan pelajar SMA Steven Henrico dan Fredo. Mereka berdua senang, karena tarif untuk pelajar sangat murah, hanya Rp2.000 dengan fasilitas AC yang membuat penumpangnya merasa nyaman.

“Senang, udah murah, adem, nggak bakal kepanasan. Semoga ke depan fasilitasnya tidak berkurang tapi semakin bertambah,” kata mereka saling menimpali.

Ya, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah memang berkomitmen untuk memberikan transportasi massal murah dengan standar pelayanan yang tinggi. Setelah 7 Juli 2017 lalu, Gubernur Ganjar Pranowo meresmikan operasional BRT Trans Jateng Semarang-Bawen, selang 11 bulan kemudian BRT Trans Jateng koridor 1 Purwokerto-Purbalingga diluncurkan di Terminal Bulupitu Purwokerto.

Dalam laporannya, Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Jateng Satriyo Hidayat menyampaikan, koridor Purwokerto-Purbalingga dilayani 14 unit bus dengan 47 halte. Rinciannya, 14 unit ke arah Purbalingga dan 23 ke arah Purwokerto.

Ditambahkan, masyarakat bisa menggunakan layanan BRT mulai pukul 05.30 hingga 19.00 WIB. Waktu berhenti di setiap halte, rata-rata 30 detik. Sedangkan jarak waktu antarbus dengan kepadatan penumpang yang normal, antara 10-15 menit. Saat jam sepi penumpang antara 15-20 menit.

“Masyarakat yang ingin mencoba Bus Trans Jateng ini diberikan kesempatan gratis selama tiga hari, mulai Senin (13/8) hingga Rabu (15/8). Setelah itu tarif BRT mulai berlaku, yakni Rp4.000 untuk masyarakat umum dan Rp2.000 untuk pelajar, buruh dan veteran,” urainya.

Gubernur Ganjar Pranowo menyambung, veteran dan pejuang dimasukkan ke dalam kategori berbayar murah, untuk menghormati jasa mereka. Dia menuturkan, kebijakan di jalur Purwokerto-Purbalingga tersebut, menjadi perintis perbaikan dari koridor Semarang-Bawen.

Mengenai standar pelayanan, orang nomor satu di Jawa Tengah itu menerapkan standar layanan yang berkualitas tinggi. Kru wajib bisa tersenyum, disiplin, kebersihan bus terjaga dan tepat waktu.

“Operator siap-siap taksidak. Yang akan jadi kru, sampeyan awas besok kalau ada puntung rokok, sampah, plastik. Kita harus langsung berstandar tinggi. Ini penting. Minimal standar harus high quality,” pesannya.

Standar high quality itu, jelas Ganjar, meliputi kebersihan yang terjaga, ontime dan punya integritas dalam melayani. Dia menceritakan, pernah ada kejadian di Trans Jateng Semarang-Bawen, seorang penumpang dompetnya tertinggal di bus dan dikembalikan ke rumah dengan utuh. Sang penumpang pun menyampaikan rasa terima kasihnya.

“Ini integritas. Ini yang harus dijaga, ini yang harus jadi nilai dalam pelayanan,” tandas gubernur.

Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi yang turut hadir dalam peluncuran BRT berharap, Pemerintah daerah bisa menyosialisasikan keberadaan BRT hingga lapisan masyarakat di level terkecil. Sehingga, bisa mengubah perilaku masyarakat dari menggunakan kendaraan pribadi berpindah ke angkutan umum. Jika masyarakat masih merasa repot karena jarak shelter yang cukup jauh dari rumahnya, yang diperlukan adalah perubahan jaringan transportasi feeder.

“Saya yakin kalau perubahan jaringan transportasi feeder dan perubahan perilaku kita sampaikan kepada masyarakat, saya kira BRT ini berhasil,” ujarnya.

Budi menambahkan, pemerintah pusat tengah berkomitmen mendorong masyarakat mau menggunakan BRT. Upaya ini tidak mudah karena sudah menjadi kebiasaan masyarakat, selalu menggunakan kendaraan pribadi ketika bepergian. Namun, pihaknya akan membantu menggerakkan dengan menyediakan doorprize bagi penumpang BRT yang beruntung. Di sisi lain, pengelola pun diminta membuat brosur untuk menyosialisasikan hal tersebut.

“Kebiasaan masyarakat kita, begitu keluar rumah, sampai ke tujuan pasti pakai motor. Maka ini komitmen kita secara nasional, untuk menghidupkan BRT. Sampai Desember nanti saya dorong masyarakat untuk menggunakan BRT. Saya akan menyumbang doorprize utama sepeda motor,” ungkap dia

Sebagai informasi, rute BRT Purwokerto-Purbalingga sepanjang 26,4 kilometer, dimulai dari Terminal Bulu Pitu Purwokerto, melintasi Jalan Sultan Agung, Jalan Menteri Supeno, Jalan Jenderal Sudirman Sokaraja, Jalan Letjen Suprapto, Jalan Klahang Sokaraja. Lalu Jalan Jompo Kulon, Jalan Mayjen Sungkono, Jalan Ahmad Yani, Jalan Komisaris Noto Sumarsono, Jalan Letkol Isdiman, Jalan Letjen S Parman, Jalan Raya Bojong, Jalan Raya Purbalingga-Banjarnegara, dan berakhir di Terminal Bukateja Purbalingga.

Adapun rute sebaliknya, Bukateja-Purwokerto dimulai dari Terminal Bukateja melintasi Jalan Raya Purbalingga-Banjarnegara, Jalan Raya Bojong, Jalan Letjen S Parman, Jalan Letkol Isdiman, Jalan Komisaris Noto Sumarsono, Jalan Ahmad Yani, Jalan Mayjend Sungkono. Lalu Jalan Jompo Kulon, Jalan Klahang Sokaraja, Jalan Letjen Suprapto, Jalan Jenderal Sudirman Sokaraja, Jalan Suparjo Rustam, Jalan Gerilya, Taman Andhang Pangrenan, Jalan S Parman, Jalan Jenderal Sudriman.  Kemudian berlanjut  ke Jalan RA Wiriaatmaja, Jalan Gatot Subroto, Jalan Merdeka, Jalan S Parman, Jalan Suwatio dan berakhir di Terminal Bulu Pitu Purwokerto. Panjang rute ini sekitar 39 km.

 

Penulis : Rt, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait