Ganjar : “Kades Ati-ati…”

  • 04 Aug
  • Prov Jateng
  • No Comments

Klaten – Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP kembali mengingatkan agar para kepala desa di Jawa Tengah hati-hati dalam menggunakan dana desa. Peringatan itu disampaikan pascaterjadinya operasi tangkap tangan terhadap Kades Dasuk Agus Mulyadi yang menyeret Bupati Pamekasan, Achmad Syafii dan Kepala Kejaksaan Negeri Pamekasan Rudi Indra Prasetya atas dugaan penyelewengan penggunaan dana desa.

“Sing kades ati-ati. Sampun ngertos  beritane Pamekasan dereng? (Diduga) Nyelewengke dana desa Rp 100 juta. Penghentian kasus, nyogokke Rp 250 juta. Ampun nganti kedadeyan,” kata Ganjar di acara Ngopi Bareng Mas Ganjar, di Desa Geneng Kecamatan Prambanan, Kamis (3/8).

Pada kesempatan itu, Ganjar menyampaikan apresiasinya kepada Kepala Desa Geneng, Agung Saputro yang telah menempel APBDes-nya di depan kantor balai desa. Dalam poster itu nampak pendapatan desa sebesar Rp 1.545.405.920 yang antara lain bersumber dari dana desa, bantuan keuangan kabupaten, bantuan keuangan provinsi, pendapatan asli daerah, alokasi dana desa dan pendapatan lain-lain. Alokasi pembiayaannya digunakan untuk bidang penyelenggaraan pemerintah desa, pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan, pemberdayaan masyarakat desa dan tak terduga.

Kula teng mriki seneng. Sampun wonten postere anggaran. Duite transparan,” ujar dia.

Menurut gubernur, dengan mengumumkan APBDes-nya, minimal melalui poster yang ditempelkan di balai desa, seluruh masyarakat bisa membacanya. Kegiatan itu merupakan salah satu bentuk transparansi.

Niki ben transparan. Sinau saking Pamekasan, sinau saking Brebes. Kabeh dikandhani. Mengko nek bingung, lapor kalih kula (provinsi). Tak kancani. Nek mboten, lapor kalih pemerintah kabupaten,” pintanya.

Setelah berdialog dengan masyarakat Desa Geneng, Ganjar meninjau rumah tempe Echo Sari yang mengelola tempe secara higienis. Semua peralatan berbahan stainless steel dan tidak ada proses diinjak-injak. Rumah tempe tersebut dikelola oleh ibu-ibu PKK setempat dengan modal dari CSR. Meski baru berusia lima bulan, salah satu karyawan Dwi Triani mengatakan sudah mendapat respon yang baik dari pasar. Tempe yang dikemas ukuran seperempat kilogram dengan harga Rp 3.500 itu, sudah dipasarkan di luar kecamatan hingga luar kabupaten.

“Respon masyarakat bagus karena kita menjaga kualitas dan tempe disukai oleh banyak kalangan. Kita saat ini juga sudah memiliki karyawan bagian pemasaran,” ungkap Dwi

 

Penulis: Rt, Humas jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Berita Terkait