Ganjar Ajak Kepala Daerah “Arisan” Bantu Korban Bencana Palu

  • 15 Oct
  • bidang ikp
  • No Comments

Palu – Tiba di Palu Sulawesi Tengah, Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP tidak mampu banyak berkata saat melihat langsung kondisi terkini di sana. Dia hanya mengajak seluruh komponen bangsa bersatu untuk membantu, salah satunya dengan pola arisan.

Ganjar yang tiba di Palu Senin (15/10) pukul 07.05 Wita langsung bergerak dari bandara Mutiara SIS Aljifri menuju pos pengungsian di Desa Lolu, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi yang menampung 1.000 jiwa. Dia didampingi Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jateng Sarwa Pramana dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jateng, Yulianto Prabowo.

Singgah beberapa saat, Ganjar berlanjut ke sekolah darurat SD Inpres Jono Oge, yang hari ini mulai aktif kegiatan belajar mengajar dengan segala keterbatasan. Sebelum diguncang gempa, sekolah ini riuh dengan 262 siswa.

Selepas itu, Ganjar menuju pengungsian Pos 5 Desa Lolu, yang di dalamnya terdapat 978 orang pengungsi. Sebab, lebih dari 4.000 rumah di desa itu porak poranda.

“Kelanjutan pendidikan anak-anak kami bagaimana, Pak? Sekolah ambruk. Pemulihan ekonomi bagaimana, ekonomi lumpuh total,” kata Fathurahman, yang sebelum gempa berprofesi sebagai wiraswasta.

Menuturnya, air bersih, pakaian, alat tulis, alat olahraga, obat-obatan dan hunian menjadi hal yang paling dibutuhkan korban.

“Dan juga semangat hidup,” imbuh Aping, salah satu koordinator posko pengungsian.

Bantuan kepada korban gempa dan  tsunami memang terus berdatangan dari berbagai daerah. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyampaikan Pemprov Jateng juga telah mengirim bantuan lebih dari Rp2 miliar. Selain itu, juga telah mengirimkan 160 relawan yang telah bertahan di sana selama 10 hari. Sementara kerugian ekonomi bencana tersebut lebih dari Rp10 triliun.

“Ini temen-temen dari Jawa Tengah membuat kampung Jateng, membuat huntara (hunian sementara). Saya lihat tadi dari ada anak-anak dari UGM Kagama Undip PMI, banyak dari masyarakat Jawa Tengah di sini. Saya lihat sendiri mereka bekerja, dan hari ini kita lihat kondisi seperti ini tidak bisa berkata-kata. Hanya satu saja, mari kita bersatu kita bantu,” kata Ganjar.

Karena parahnya kondisi daerah terdampak  gempa dan tsunami saat ini, menurut Ganjar, untuk memulihkan keadaan tidak mungkin hanya dilakukan pemerintah daerah setempat atau pemerintah pusat. Harus ada skema baru dalam penanganan kebencanaan yang skalanya besar, seperti di Sulteng.

“Ada baik juga pada pak Presiden atau Pak Mendagri, agar setiap kabupaten bisa membantu setiap provinsi bisa membantu berapapun apapun. Syukur-syukur jika problemnya adalah perumahan maka relokasi tetapkan berapa rumah akan dibangun, jadi kita arisan. Jadi ada anggaran negara yang kita pakai untuk gotong royong,” kata mantan anggota DPR RI ini.

Untuk konsep arisan tersebut, Ganjar memberi gambaran, mungkin satu kabupaten mau membantu 50 atau 100 rumah, satu provinsi mau bantu 200 rumah dengan penggunaan berapa tahun anggaran. Karena menurut Ganjar negara pasti juga tidak akan mampu bisa menyelesaikan.

“Nah, nanti yang fasilitas umumnya, yang bisa diambil negara itu (dari) APBN, kantor-kantor dan sebagainya. Tapi kalau rumah, air bersih, saya kira kabupaten, kota, provinsi bisa kita kerahkan,” tandasnya.

Sebelumnya, Ganjar yang juga Ketua Umum Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) menjelaskan konsep arisan penganggulangan bencana tersebut bisa menggunakan dana kontingensi. Untuk menyiasati keterbatasan dana tersebut, bisa dilakukan dalam beberapa tahun anggaran. Untuk Jawa Tengah, saat ini memiliki dana kontingensi sebesar Rp5 miliar. Selain Palu, Pemprov Jateng juga telah mengirim bantuan sebesar Rp1 miliar saat bencana Lombok kemarin.

“Saya kira memang belum pernah terjadi. Tapi jika diinstruksikan ini akan membantu rasa batin yang pasti sangat sedih luar biasa. Dan kita bisa tunjukkan dengan gotong royong. Negara mampu dengan anggaran yang dimiliki,” pungkasnya. (Prov Jateng)

Berita Terkait