Gaji Bekerja di Luar Negeri Jangan Habiskan untuk Konsumtif

  • 12 Nov
  • bidang ikp
  • No Comments

Rembang – Lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) yang mumpuni berbahasa Jepang dan Korea, kini menjadi tenaga kerja migran yang diincar oleh dunia industri. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bahkan mengembangkan program magang bagi tenaga muda di perusahaan-perusahaan ternama di Jepang. Salah satunya kemitraan program magang yang dijalin antara Pemprov Jateng dengan International Manpower Development Organization Japan (IM Japan), sejak 1993.

“Kami berkonsolidasi dan koordinasi dengan Disnakertrans Jateng program apa yang bisa di-push untuk SMK. Ternyata yang dibutuhkan saat ini adalah kemampuan berbahasa Jepang dan Korea. Dan saat ini Bapak Ganjar nembe kunjungan kerja wonten Jepang, menindaklanjuti kerja sama bertukar pendidikan dan tenaga migran Indonesia, khususnya Jawa Tengah,” terang Wakil Gubernur Jawa Tengah H Taj Yasin Maimoen saat menghadiri Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Haul Sesepuh Yayasan dan Wisuda Tahfidz Juz 30 SMK Umar Fatah Rembang, Minggu (11/11).

Untuk itu, Gus Yasin, sapaannya, meminta SMK Umar Fatah yang sudah mengimplementasikan sistem bilingual, dapat membekali kemampuan berbahasa Jepang dan Korea kepada siswanya. Sebab, jika lulusan SMK dapat menjadi tenaga migran di dunia industri dan kinerja mereka memuaskan, gaji yang diperoleh pun terbilang besar.

“Awal kerja bulan pertama gajinya antara Rp10-15 juta per bulan. Nanti berjalan dua atau tiga bulan dievaluasi kinerjanya bagus atau tidak. Kalau kinerjanya bagus, ditingkatkan menjadi Rp20-25 juta per bulan. Satu tahun dievaluasi lagi, kalau kinerjanya bagus gaji ditambah menjadi Rp30-35 juta per bulan,” jelasnya.

Namun, putra ulama kharismatik KH Maimoen Zubair itu meminta lulusan SMK yang ingin menjadi tenaga migran di dunia industri mengubah pemikiran mereka, bahwa pendapatan yang mereka himpun selama bekerja di tanah rantau, sebaiknya tidak semata-mata digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif di Tanah Air. Lebih dari itu, pendapatan yang dihimpun selama bekerja sebagai tenaga migran industri dapat dimanfaatkan sebagai modal berwirausaha.

“Imej bekerja di luar negeri jangan semata-mata untuk konsumtif. Wangsul langsung kanggo tumbas omah, sepeda motor, mobil. Kontrak kerja diputus banjur ora bisa nyicil omah, sepeda motor, mobil. Kula pengin tenaga migran punya pemikiran bahwa apa yang mereka hasilkan harus dijadikan modal untuk berwirausaha atau membuka lapangan kerja,” pesannya.

Mantan anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah itu mencontohkan, terdapat Kampung Desainer di Magelang. Di kampung tersebut, banyak warga yang mulanya bekerja di luar negeri. Mereka mumpuni di bidang komputer. Ketika pulang ke Tanah Air, mereka merintis usaha dengan mengajak warga setempat untuk ikut berkreasi membuat desain.

Kanca-kanca wonten desane diajak, ayo tuku komputer, bareng-bareng desain. Desainnya bagus dan ikut lomba ke Eropa. Alhamdulillah juara tiga. Kampung Desainer, wonge mboten perlu medhal saking griya, tapi duite mlebu terus. Pesanan banyak dari daerah bahkan luar negeri,” bebernya.

Gus Yasin berharap, SMK Umar Fatah yang berlokasi di dekat destinasi wisata pantai juga dapat mengembangkan potensi daerahnya itu dengan baik. Sehingga dapat memikat banyak pengunjung.

 

Penulis : Ar,  Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

 

 

Berita Terkait