Festival Tungguk Tembakau Tandai Panen Raya

  • 03 Aug
  • Prov Jateng
  • No Comments

Boyolali – Suasana semarak dan gembira menyeruak di kawasan lereng Gunung Merbabu, tepatnya di Desa Senden, Kecamatan Selo, Boyolali, Kamis (3/8) siang. Ratusan warga berkumpul untuk melakukan ritual petik daun tembakau dalam rangkaian Festival Tungguk Tembakau. 

Memasuki jalur menuju Pedayangan Syeh Kerto Muhamad yang menjadi lokasi ritual pemetikan tembakau pada musim panen raya 2017, berbagai ornamen tradisional menghiasi jalan. Selain itu, tiga gunungan Kiai Anjang Kencono yang terdiri dari dua gunungan berisi puluhan lembar daun tembakau segar, serta sebuah gunungan aneka hasil bumi siap diarak menuruni lereng, diiringi beragam tampilan kesenian lokal .

Ritual panen diawali dengan pemetikan 16 lembar daun tembakau oleh Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP tepat pada Kamis Kliwon. Dengan latar belakang Gunung Merbabu, Ganjar yang dijuluki Senopati Tembakau itu tampak semangat memetik beberapa lembar daun tembakau pada hamparan tanaman tembakau di ketinggian 106 meter di atas permukaan laut (dpl) .

Usai prosesi pemetikan, belasan daun yang digunakan untuk bahan baku rokok itu kemudian digantungkan di gunungan sebelum diserahkan kepada warga untuk diolah. Selanjutnya dengan iringan tari-tarian tradisional dan aneka sesaji termasuk sekitar 200 tumpeng lengkap dengan lauk pauk, Gunungan Kiai Anjang Kencono diarak menuruni lereng menuju panggung utama perayaan festival di Dukuh Brajan, Desa Senden.

Kendati berjalan kaki sejauh kurang lebih 2,5 kilometer di bawah terik matahari, wajah peserta arak-arakan terlihat sumringah. Bahkan sesampainya di lapangan desa setempat, suasana kian meriah dengan sambutan tampilan tari topeng ireng dan bedaya.

Ritual itu pun sarat makna. Ratusan tumpeng lengkap dengan ingkung yang diarak bersama gunungan tembakau merupakan wujud syukur petani tembakau dan masyarakat kepada Tuhan. Pohon tembakau di wilayah Selo tumbuh subur, daun hijau, dan cuaca panas sehingga hasil panen bisa melimpah dengan kualitas bagus.

“Kombinasi antara kegiatan panen tembakau dan tradisi menjadi pertunjukkan seni budaya yang menarik. Kalau kemasannya bagus, event seperti ini bisa masuk agenda wisata tahunan,” ujar Gubernur Ganjar Pranowo di sela-sela Festival Tungguk Tembakau.

Bagi petani di sini, imbuhnya, tembakau ini adalah sumber rezeki. Apalagi musim panas sudah mulai terasa.

“Kalau sore, daun tembakau berwarna hijau segar seolah melambai-lambai dan berubah warna menjadi merah ‘duit’,” tuturnya.

Sementara itu, terkait persoalan saat panen bagus namun harga tembakau tidak stabil, menurutnya sampai saat ini memang belum ada formula yang bisa dilakukan untuk mengontrol harga tembakau. Yang bisa dilakukan, menghitung kebutuhan tembakau nasional dan memrediksi musim panen.

“Maka yang dilakukan untuk tembakau impor adalah mengontrol kapan masuknya. Usulan saya kalau harganya biar bisa bagus, habiskan dulu tembakau lokal baru impor boleh masuk, itu insyaallah nanti harganya bagus. Tapi itu butuh komitmen dari pabrikan,” terangnya.

Ganjar menambahkan, perlu ada komunikasi sejak awal, berembuk antara petani tembakau dengan pihak tengkulak atau pabrik. Sehingga harga bisa disepakati sejak awal, dan saat panen harganya tidak fluktuatif.

 

Penulis : Mn, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

 

Berita Terkait