Festival Tungguk Tembakau, Tak Sekadar Wujud Syukur

  • 02 Aug
  • bidang ikp
  • No Comments

Boyolali – Menandai panen tembakau, Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP memetik 12 helai daun tembakau pada Festival Tungguk Tembakau di Desa Senden Kecamatan Selo Boyolali, Kamis (2/8). Daun sebanyak 12 helai yang dipetik, melambangkan hari kedua belas pada panen perdana tahun ini.

Sebelum memetik tembakau, kegiatan diawali dengan kirab gunungan nasi, tembakau dan hasil bumi yang dipanggul para petani menuju Makam Gunungsari yang terletak di atas bukit. Jalan yang menanjak dan tinggi, tidak menyurutkan niat mereka untuk melaksanakan prosesi yang sudah menjadi tradisi itu.

Tiba di puncak, gubernur melakukan prosesi potong tumpeng disertai dengan doa. Selanjutnya, warga beramai-ramai makan bersama dari gunungan nasi yang dibawa. Usai makan, dilakukan prosesi petik daun tembakau.

Prosesi berikutnya adalah membawa kembali gunungan turun menuju panggung utama Festival Tungguk Tembakau. Kirab diikuti ratusan warga dan sejumlah kelompok kesenian.

Menurut Ganjar, ada filosofi cukup panjang yang melatarbelakangi Festival Tungguk Tembakau. Para petani ingin menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang diterimanya. Selain itu mereka juga ingin melestarikan sisi budayanya.

“Jadi ternyata petani tembakau tidak hanya bicara soal ekonomi, tapi juga kulturalnya. Bahkan ada heritage-nya” ujar dia

Pada panen tembakau tahun ini, Ganjar menilai petani tembakau di Selo Boyolali tengah bersuka cita. Meski pada 1 Juni lalu sempat terjadi erupsi merapi, dan semua area terkena debu, tak lama sesudahnya turun hujan dua kali. Sehingga, hasil panennya bagus. Harga jualnya juga baik. Per kilogram daun tembakau dihargai Rp 9.000 – Rp 10.000

“Itu membersihkan debu, seperti disiram dan dibersihkan oleh Tuhan. Jadi kegiatan ini adalah cara bersyukur kepada Tuhan, dan ada doa yang dipanjatkan agar panen selalu bagus,” tuturnya.

Meski baru dua kali Festival Tungguk Tembakau dilaksanakan dalam skala tingkat kecamatan, namun festival yang kental dengan nuansa seni budaya itu sudah mampu menarik minat wisatawan asing untuk datang. Salah satunya, mahasiswa yang tergabung dalam International Youth Javanese Cultural Camp. Mereka antara lain berasal dari Malaysia, Bangladesh, dan Timor-timor, yang datang untuk mempelajari seni budaya yang berkembang di Jateng.

Sebelumnya, Gubernur Ganjar Pranowo juga berkesempatan melepas kegiatan jalan sehat warga Desa Suroteleng dari Balai Desa Suroteleng. Saat melepas kegiatan tersebut, gubernur berpesan agar warga tidak buang air besar (BAB) sembarangan. Untuk menjaga kesehatan, mereka wajib BAB di jamban. Warga juga diminta peduli dengan ibu hamil, untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi.

Penulis : Rt, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait