“Ekotren”, Dorong Santri Kembangkan Wirausaha

  • 30 Oct
  • bidang ikp
  • No Comments

Pekalongan – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mendorong program “Ekotren” atau ekonomi pesantren guna menumbuhkan jiwa kewirausahaan di kalangan santri sehingga bisa menjadi aktor pertumbuhan ekonomi dan mampu mengembangkan usaha di berbagai bidang.

“Saya juga ingin para santri bisa mengembangkan diri, kreatif dan inovatif dalam melihat setiap peluang untuk berwirausaha. Untuk menjadi wirausaha kunci utamanya tidak malu dan berani memulainya,” ujar Wakil Gubernur Jawa Tengah H Taj Yasin Maimoen saat menjadi keynote speaker pada Lokakarya Kewirausahaan di Sahid Mandarin Hotel Kota Pekalongan, Selasa (30/10).

Kendati berlatar belakang santri, namun putra ulama kharismatik KH Maimoen Zubair itu tidak segan terjun ke dunia wirausaha. Bahkan, berbagai jenis usaha pernah dicoba, antara lain memroduksi tempe, kecambah, serta membuka toko kebutuhan rumah tangga. Berkat kegigihannya, mantan anggota DPRD Jateng itu sekarang mempunyai enam toko yang tersebar di beberapa daerah yang dikelola oleh para santri.

“Selain bisa menyejahterakan para guru di pesantren, usaha ini juga bisa menjadi sarana para santri belajar berwirausaha. Kami menunggu inovasi usahanya untuk dipasarkan,” katanya.

Pada lokakarya bertema “Santri Mahir Membuat Laporan Keuangan tersebut, Gus Yasin, sapaannya, menjelaskan, guna mendukung penguasaan kewirausahaan, selain belajar ilmu agama santri juga harus belajar mengenai laporan keuangan dan manajemen usaha. Sehingga santri bisa berkembang dan bermanfaat serta mampu memberikan peluang pekerjaan bagi masyarakat.

Dengan adanya program Ekotren,  diharapkan para santri akan menjadi wirausaha andal sekaligus memiliki keahlian untuk bekal bekerja setelah lulus dari ponpes. Pemprov akan membantu untuk akses pelatihan, pendampingan, dan permodalan agar bisa lebih berkembang.

Ia menegaskan agar para santri tidak usah mengkhawatirkan mengenai modal, bagi UMKM yang ingin mengembangkan usahanya tapi terbentur modal, Bank Jateng siap membantu. Ada kredit Mitra Jateng 25 dengan maksimal plafon sebesar Rp25 juta, Mitra Jateng 02 dengan plafon maksimal Rp2 juta. Yang lebih menarik produk M25 dan M02 tersebut tanpa agunan.

Selain memberikan dampak peningkatan kualitas SDM di Jateng, khususnya para santri, forum ini juga menjadi wahana berdiskusi, sharing dan memperkaya khasanah pengetahuan tentang kewirausahaan.

“Atas nama Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, saya menyambut baik dan memberikan apresiasi dan mendorong betul karena santri menjadi visi misi kami supaya santri juga bisa menjadi wirausaha yang andal,” pungkasnya.

Wali Kota Pekalongan Saelany Mahfudz mengapresiasi dan menyambut baik kegiatan lokakarya tentang santri dan kewirausahaan.Terlebih Kota Pekalongan dikenal sebagai Kota Santri sekaligus daerah dengan mayoritas warganya sebagai wirausaha.

Ia menyebutkan di Kota Pekalongan terdapat 32 ponpes dengan jumlah santri sebanyak 3.414 orang. Ponpes di Pekalongan tidak hanya mengajarkan ilmu agama tapi juga teknologi informasi dan pengetahuan lain, termasuk mengenai manajemen dan kewirausahaan.

“Warga Pekalongan sebagian besar adalah wirausaha, sehingga tema lokakarya ini sangat relevan bagi santri yang latar belakangnya adalah wirausaha,” katanya.

Adanya lokakarya ini, para santri diharapkan menjadi mahir membuat laporan keuangan. Apalagi santri banyak terlibat dalam organisasi sehingga membutuhkan keahlian pelaporan keuangan. Selain itu sebuah bisnis juga harus mempunyai catatan keuangan atau manajemen yang baik.

 

Penulis : Mn, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait