Dulu Kampung Kumuh, Sekarang Jadi Percontohan

  • 03 Jan
  • ikp
  • No Comments

Salatiga – Semangat dan motivasi untuk mengubah citra masyarakat negatif menjadi positif membuat kampung Pancuran Salatiga dikenal se-Indonesia.

Kampung mural yang berlokasi di Dukuh Pancuran, Kelurahan Kutowinangun Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga, dahulu dijuluki sebagai kampung seram.

Sering terjadinya perkelahian dan tawuran di kawasan itu, mengesankan daerah tersebut rawan kriminal. Namun image tersebut perlahan menghilang dalam kurun waktu empat tahun terakhir. Kampung ini pun kini lebih dikenal dengan Kampung Mural.

“Dulu, kampung sini seram. Dulu kumuh, sekarang jadi bersih, dan dihiasi lukisan mural. Patut menjadi contoh kampung-kampung lain di Jawa Tengah. Antar kampung di Jateng layak untuk saling belajar,” kata Gubernur Ganjar Pranowo saat berkunjung ke Kampung Mural, Kamis (3/1).

Saat tiba di Kampung Mural, Ganjar juga mengamati mural pahlawan, pesan-pesan Presiden RI Sukarno dan berkesempatan membubuhkan cat terakhir dan menandatangani lukisan pelajar yang dibuat oleh seniman Kampung Mural, Kristiawan (38) dan Ari Ateng (41).

Ganjar juga dijamu makan siang dengan menu Nasi Tumpang khas Kota Salatiga di kediaman Ketua RW IV Budi Sutrisno. Setelah itu, orang nomor satu di Jawa Tengah ini melihat sumber mata air yang ketika kemarau tiba, tidak pernah kering.

Gubernur berpesan kepada warga Kampung Mural untuk tetap menjaga kebersihan dan mengurangi penggunaan plastik. Salah satunya ketika bepergian, membawa botol air minum sendiri (gembes) seperti yang ia lakukan setiap hari.

Menurut Budi Sutrisno, Kampung Mural pada zaman dulu memang dikenal sebagai kampung preman. Perubahan menjadi Kampung Mural dan Bermoral itu atas motivasi masyarakat yang menginginkan perubahan.

“Kami berharap, Pak Ganjar bisa membantu agar pembuatan mural bisa keseluruhan. Kami juga butuh anggaran untuk membayar lahan mata air agar menjadi milik masyarakat yang saat ini masih menjadi milik pribadi. Meski airnya boleh untuk warga. Akan kami buat juga ruang publik, ukurannya 2×3 meter,” ujarnya.

Dari pantauan, berbagai lukisan di kampung itu beragam tema, di antaranya adalah gambar yang menggambarkan sejarah Indonesia dan tokoh-tokoh Salatiga. Hampir setiap sudut kampung mural ini instaworthy, cocok sekali untuk berfoto-foto, untuk stok konten di Instagram. Tidak hanya lukisan dua dimensi, tetapi juga lukisan tiga dimensi.

Atraksi menarik lainnya yang bisa ditemui di Kampung Mural adalah wisata religi di makam Mbah Nyai Kopek, seni budaya drumblek khas Salatiga, teklek, kursus menjahit, musik religi kosidah, taman baca, dan lainnya. Terdapat pula industri kecil karak dan abon, vertical garden, kebun sayur, budidaya ikan, shelter sungai, dan jembatan bertema.

Penulis : Sy, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Berita Terkait