Dorong Etika Dagang Melalui “Regopantes.com”

  • 26 Sep
  • Prov Jateng
  • No Comments

Semarang – “Harga kedelai pada musim panen raya, terutama pada musim labuhan, di bawah Rp 5.000 per kilogram. Bagaimana solusinya supaya harganya bisa naik dan bisa bersaing dengan kedelai impor?”

Pertanyaan tersebut dilontarkan oleh Siti Aminah, salah seorang petani kedelai yang tinggal di Desa Karangrejo, Kecamatan Pulokulon, Grobogan saat dialog interaktif Mas Ganjar Menyapa bertajuk “Mengangkat Harkat Petani” di Rumah Dinas Puri Gedeh berlangsung, Selasa (26/9). Dia berharap adanya upaya dari pemerintah, agar petani, khususnya di Kecamatan Pulokulon tetap semangat dan mempertahankan menanam kedelai.

Mendengar pertanyaan itu, Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH sebagai narasumber balik bertanya kepada Siti.

“Bu Siti jualnya kedelai kemana? Panjenengan jualan ke tengkulak nggih?” tanya orang nomor satu di Jawa Tengah itu.

Siti pun mengiyakan pertanyaan gubernur. Ganjar pun menegaskan kembali fakta jika tengkulak atau pengepul yang justru mendapat keuntungan berlipat-lipat dalam rantai perdagangan komoditas pertanian. Fakta itu selaras dengan survei yang dirilis Bank Indonesia di mana tengkulak pertama bisa meraup keuntungan 100 persen atau lebih saat membeli komoditas pertanian dari petani.

Oleh sebab itu, Ganjar menilai pentingnya sistem informasi komoditas pertanian agar dapat mendongkrak nilai tukar petani.

“Perlu sistem informasi pertanian, siapa menanam apa, kapan, dan dimana. Kalau ini bisa, maka kita bisa menghitung. Misalnya kedelai ditanam di Gombong, bisa tahu kapan panennya. Nanti harganya kira-kira berapa,” terang mantan anggota DPR RI itu.

Ganjar menambahkan, pemerintah dapat berperan sebagai perantara antara petani dengan konsumennya. Yakni dengan mendata siapa dan berapa konsumen potensialnya.

“Misalnya, koperasi tahu tempe di Jawa Tengah kita data. Kemudian kita menjadi perantara untuk mempertemukan petani dengan siapa penggunanya. Sehingga tidak melalui perantara yang terlalu banyak. Ketika nanti petani kedelai akan panen, siapa nanti yang akan membeli dengan harga yang pantas,” terangnya.

Ganjar pun memperkenalkan e-commerce bernama regopantes.com yang memperdagangkan komoditas pertanian berkualitas dari para petani. Menurutnya, regopantes.com mampu mendorong etika perdagangan komoditas pertanian yang adil atau fair trade, sekaligus memangkas rantai tengkulak atau pengepul. Di satu sisi, petani ditantang untuk mampu menjual komoditas pertanian unggulan. Di sisi lain, konsumen memeroleh komditas pertanian berkualitas dan membelinya dengan harga yang layak.

“Banyak etika perdagangan yang bisa kita dorong dari jualan online regopantes.com itu. Pertama, petani belajar bagaimana menjaga kualitas produk. Kedua, dari sisi harga yang pantas, maka membeli (komoditas) itu jangan awur-awuran. Hargai kerja keras petani yang luar biasa dengan harga yang bagus,” jelasnya.

Alumnus UGM itu mencontohkan, keuntungan yang bisa diraup oleh petani apabila berdagang komoditasnya secara online bahkan bisa mencapai lebih dari 100 persen.

“Ada orang yang membeli cabai merah secara online itu harganya Rp 32.300 per kilo. Itu petani terima bersih keuntungannya Rp 23.300 per kilogram. Harganya lebih bagus 291 persen daripada dia jual ke tengkulak yang hanya Rp 8.000 per kilogram,” tandasnya.

 

Penulis : Ar, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait