Doakan Pembuat Onar, Bukan Musuhi 

  • 30 Jan
  • bidang ikp
  • No Comments

Surakarta – Berita bohong (hoax), fitnah, caci maki, dan adu domba menjadi ancaman bagi kedamaian negeri. Persatuan dan kesatuan bangsa dapat dengan mudah runtuh karena ujaran-ujaran kebencian yang dicetuskan oleh oknum. 

Namun, memerangi oknum tersebut tak lantas memutus akar permasalahan. Permusuhan justru semakin membuat seseorang sama jahatnya dengan oknum itu.

“Kita doakan kepada teman-teman yang selalu bikin onar di negeri ini. Jangan kita musuhi. Mungkin dia tidak mengerti apa yang dia lakukan, apa yang dia perbuat. Mungkin dia keliru memahami apa makna hidup ini,” terang anggota DPR RI Aria Bima di hadapan ribuan umat Nasrani yang mengikuti Doa Bersama pada Perayaan Natalan Oikumene Surakarta di Graha Sabha Buana, Senin malam (29/1).

Aria Bima menjelaskan, perbuatan penuh kasih antar sesamalah yang mampu membuat negeri ini damai.

“Natal selalu menghadirkan inspirasi kita untuk berbuat dan perbuatan itu adalah bentuk nyata kasih. Kasih pasti lemah lembut. Kasih pasti memaafkan. Kasih pasti murah hati. Kasih-Mu, kasih-Mu Tuhan,” lanjutnya sambil melantunkan lirik salah satu lagu rohani “Kasih Pasti Lemah Lembut” bersama umat Nasrani lainnya.

Senada dengan Aria Bima, Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP menuturkan, kebahagian dalam berbangsa dan bernegara dapat diwujudkan apabila masyarakat dapat saling menghormati dan berbagi suka cita bersama. Termasuk bertoleransi ketika umat beragama lain merayakan hari besarnya.

“Seluruh suku, agama, kelompok, golongan bisa merayakan (hari besarnya) dengan ceria, dengan bahagia dan inilah cara merawat Indonesia. Ketika kebahagiaan dan suka cita bisa dibagi bersama-sama, betapa bahagianya,” tuturnya.

Orang nomor satu di Jawa Tengah itu mengatakan, kebahagiaan tidak semata-mata diukur dari harta yang berlimpah. Karena realitanya, masih ada orang kaya raya namun  merasa hidupnya selalu diliputi kesepian.

“Saya bertemu dengan orang-orang yang rumahnya lumayan jelek, makanannya sederhana, bajunya pun biasa. Tapi yang luar biasa, dia bisa tertawa bahagia bersama keluarganya dan tidak pernah merasa kekurangan. Maka hari ini kemudian orang-orang memasukkan indeks baru, namanya indeks kebahagiaan,” ujar alumnus UGM itu.

Ganjar mengaku senang saat berinteraksi dengan warga Kota Surakarta. Selain kreatif, warga juga menjunjung toleransi dalam kehidupan bermasyarakat.

“Setiap car free day saya coba jalan di Solo. Di sana selalu ada sapaan manis dan sopan santun yang tinggi. Itu menunjukkan budi pekerti yang tinggi. Mereka menghormati orang tua, pemimpin, dan sesama. Itulah yang menjaga kebhinnekaan kita,” pujinya.

 

Penulis : Ar, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait