Diberi Kaos Bus, Ganjar Tegas Pilih Beli

  • 11 Jul
  • bidang ikp
  • No Comments

SEMARANG – Pegiat angkutan umum Jeffry Yohanes Francisco (32) bingung. Niat tulusnya memberi kaos gratis kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo ditolak. Ganjar justru ingin membeli kaos bergambar bus itu.

“Niat saya mau kasih saja, sudah seneng kalau kaos saya dipakai pak Ganjar, lha kok malah jadinya dibeli,” kata warga Werdomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta itu.

Jeffry bercerita. Awalnya melihat percakapan twitter antara Ganjar dan akun penjual sarung batik, Selasa (9/7/2019). Iseng, Jeffry ikut nimbrung menawarkan kaos @ayonaikbis.com. Tak disangka, akun @ganjarpranowo membalas kicauannya.

“Kirim kantor. Berapa harganya?” tulis Ganjar.

“Saya kaget kok malah mau dibeli. Padahal niat saya bukan mau endorse kaos, tetapi kampanye, mengajak ayo naik bus,” ujar Jeffry saat dihubungi Rabu, (10/7/2019).

Kaos kampanye naik bus itu dibanderol Rp105 ribu. Ganjar tetap menolak diberi meski Jeffry sudah menjelaskan maksudnya.

“Katanya pak Ganjar, ‘Jangan, itu gratifikasi. Saya beli saja ya. Desainnya bagus kok’,” ungkap Jeffry.

Sikap Ganjar yang di luar dugaannya itu mencengangkan Jeffry. Sesuatu yang tidak umum bahkan untuk pejabat zaman sekarang.

“Top banget. Selain menolak gratifikasi, dia juga menghargai karya orang lain,” ujarnya.

Pengalaman serupa juga pernah dialami Diah Wahyu, pemilik usaha batik bahan pewarna alam asal Purworejo. Hasil goresan batik bermotif banteng miliknya pernah dibeli Ganjar seharga Rp 1,5 juta.

Padahal awalnya Diah hendak memberikan batiknya sebagai kenang-kenangan. “Batiknya sudah dikenakan saja senang banget. Apalagi ini dibeli juga. Senang bisa di-endorse pak gubernur langsung,” ceritanya.

Bukan hanya pemberian bernilai ratusan ribu rupiah saja. Ganjar juga pernah menolak pemberian tanaman bonsai seharga puluhan juta rupiah dari Sarno Kosasih, Ketua Perkumpulan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI) Semarang pada Maret 2018 lalu.

Jika dirunut. Sejak menjabat Gubernur pada 2013, Ganjar konsisten menerapkan gerakan antikorupsi. Hal pertama yang ia gariskan adalah aturan penghapusan gratifikasi untuk pejabat Pemprov Jateng. Dari pemberian sehari-hari dari warga dan pengusaha hingga parsel lebaran.

Hasilnya, sejak 2015 Pemprov Jateng selalu memperoleh penghargaan dari KPK selama empat tahun bertutut-turut dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Mulai dari penghargaan pengendalian gratifikasi dengan jumlah laporan gratifikasi terbanyak, pemerintah daerah dengan sistem pengendalian gratifikasi terbaik, tingkat kepatuhan LHKPN terbaik, hingga penerapan LHKPN terbaik.

“Tradisi saya adalah saya beli saja daripada kamu ngasih. Karena dari situ ada nilai-nilai antigratifikasi dan antikorupsi. Untuk mengurangi potensi suap ya kita beli saja,” kata Ganjar. (Humas Jateng)

Berita Terkait