Dekati Anak dengan “Funky”, Asyik, dan Bergaul

  • 08 Jul
  • bidang ikp
  • No Comments

SEMARANG – Keluarga adalah tanggung jawabku. Pemahaman tersebut yang mesti dicamkan pada benak orangtua, khususnya para ibu, agar bisa mendidik dan membesarkan anak dengan cintak kasih, tanpa kekerasan.

 

Hal itu ditekankan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI I Gusti Ayu Bintang Darmawati, saat membuka Webinar melalui aplikasi Zoom, Rabu (8/7/2020). Menurutnya, dua dari tiga anak Indonesia pernah mengalami kekerasan fisik, seksual, dan emosi sepanjang hidupnya, termasuk dari orang tua dan keluarga. Pandemi Covid-19 yang terjadi beberapa bulan terakhir ini pun memungkinkan terjadinya penelantaran anak, yang salah satunya akibat masalah ekonomi keluarga.

 

“Padahal setiap anak wajib mendapat perlindungan, yakni menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapt hidup tumbuh, berkembang, dan beraprtisipasi secara optimal, sesuai hrkat dan martabat kemanusiaan. Selain itu juga mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi,” beber Bintang.

 

Ditambahkan, tantangan perlindungan anak pun beragam, mulai dari kemiskinan, kepemilikan akta, hingga partisipasi masyarakat. Untuk itu, dia mengajak seluruh pihak, khususnya Tim Penggerak PKK provinsi, kabupaten/ kota, kecamatan, kelurahan/ desa, hingga jajaran kader di dasa wisma, ikut mengawal dan melindungi anak. Berdayakan pula perempuan agar mandiri, melahirkan anak yang berkualitas, pandai, mandiri, kreatif, sehat mental dan spiritual.

 

Ketua TP PKK Jawa Tengah Atikoh Ganjar Pranowo menyambut baik ajakan itu, meski selama pandemi Covid-19 pihaknya kesulitan mengedukasi masyarakat karena pembatasan kerumunan. Kendati begitu, PKK mulai beradaptasi mengikuti perkembangan zaman, dengan melakukan edukasi secara virtual, baik melalui WhatsApp group, live Instagram, webinar, dan sebagainya, seperti yang diterapkannya di Jawa Tengah.

 

“Setiap hari ada program. Dua hal yang dikuatkan, yakni kesehatan fisik dan mental. Misalnya, menyosialisasikan protokol kesehatan cara cuci tangan yang benar melalui tiktok. Sesimpel mungkin, dengan tarian dan gerakan agar mudah difahami. Video ini kami sebar melalui media sosial dan WA,” terangnya.

 

Ditambahkan, saat pandemi di mana orang tua bekerja di rumah, anak juga belajar di rumah, justru masa yang tepat untuk menjalin kedekatan antaranggota keluarga. Orang tua dituntut menguasai pola asuh anak dengan cinta kasih, tanpa kekerasan. Edukasi itu juga disisipkan melalui media sosial, termasuk mengajak para ibu untuk menjadi orang yang bahagia, berpikiran positif, agar keluarganya juga bahagia.

 

Penggiat Anak dan Remaja sekaligus Pendiri Sejiwa Foundation, Diena Haryana menyoroti pentingnya orang tua mendidik anak dengan funky, asyik, dan bergaul. Terlebih, dengan godaan penggunaan gawai yang kerap menimbulkan kecanduan pada anak maupun orang tua, yang membutuhkan peran orang tua untuk mengalihkannya melalui makin dekat dengan anak.

 

“Orang tua yang funky, asyik, dan bergaul mampu dekat dengan anak dan teman-temannya. Mendengarkan mereka dengan antusias, membuat suasana yang ramah, hangat, dan penuh canda. Dia akan menjadi top off mind bagi anak, lebih dari gawai atau segala yang penting bagi anak, sehingga bisa mengalahkan tantangan negatif dari luar yang bisa merusak anak,” ungkap Diena.

 

Menurutnya, melibatkan anak di dalm keluarga sangatlah penting. Biarkan anak merasa menjadi bagian dari keluarga, sehingga tertanam harga diri dan pribadi yang tangguh. Suami juga mesti dilibatkan dalam aktivitas keluarga, sehingga tak hanya menjadikan bagian penting pada keluarga, tapi menguatkan hubungan anak dan orang tua.

 

Psikolog anak Seto Mulyadi menambahkan, ibu dan ayah memegang peran penting bagi proses pembentukan karakter dan tumbuh kembang anak. Si anak yang pada dasarnya senang belajar akan efektif mempelajari banyak hal dalam suasana gembira dan menyenangkan. Sehingga, jangan ada lagi kekerasan di dalam keluarga.

 

Diakui, pandemi membuat sejumlah orang stress, karena gangguan perekonomian, tidak bisa lagi jalan-jalan, dan sebagainya. Kondisi itu bisa berdampak pada perlakuan mereka terhadap anaknya, seperti menjewer, mencubit, dan sebagainya. Untuk menghindari hal tersebut, sebaiknya orang tua mengembangkan kebiasaan senyum dan selalu berpikir positif.

 

Seto menambabkan, ibu yang efektif adalah ibu yang komunikatif, penuh cinta, hadir di hati anak. Dia bisa menjadi sahabat anak, dan memainkan berbagai peran yang dibutuhkan anak. Ibu mesti profesional, yang tidak pernah berhenti belajar. Dan kunci sukses menghadapi anak adalah kreatif.

 

“Ibu bijak akan mendidik anak sesuai zamannya. Impian anak adalah rumah yang layak anak. Buat anak-anak tersenyum, maka anak tidak hanya cerdas dan kreatif tapi juga bahagia, karena dididik dengan cinta,” tandas Seto. (Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait