Dari Dolalak Sampai Cendol Dawet Meriahkan Jamda Carnaval

  • 28 Aug
  • ikp
  • No Comments

BLORA – Fajar (34) tak henti-hentinya berdecak kagum, menyaksikan betapa meriahnya parade Jamda Carnaval persembahan kwartir cabang dari 35 kabupaten/ kota se-Jawa Tengah, di Blora (27/8/2019). Teriknya mentari tak menyurutkan semangat dan enerjiknya para pelajar tingkat SMP itu untuk berlomba-lomba menunjukkan kekayaan budaya dari daerahnya.
Lihat saja penampilan Kwarcab Purworejo yang begitu meriah. Kostum yang begitu megah dan indah mampu merebut perhatian ratusan pasang mata masyarakat yang menyaksikan. Kostum hasil karya SMK Batik Purworejo itu tampak meriah, dipadu gerak atraktif tarian khas Purworejo yaitu Dolalak.
Ditemui saat mendampingi para kontingen, Andalan Kwarcab Purworejo Fendi Kurniawan menuturkan, tarian Dolalak merupakan tarian yang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Asal kata Dolalak berasal dari not Do dan La karena tarian ini diiringi hanya dengan alat musik dua nada, menggunakan sepasang Kenong. Fendi pun menceritakan konsep penampilannya terinspirasi dari cerita zaman dulu di Purworejo, yaitu tentang tentara Belanda yang berperang baris berbaris.
Penampilan menarik juga disuguhkan kontingen Kwarcab Banjarnegara. Gelak tawa penonton pecah menyaksikan kontingen tersebut menyanyikan lagu cendol dawet dengan riang dan jenaka. Sontak, masyarakat ikut bernyanyi. Terlihat pula seorang anak lelaki berambut gimbal dengan aksi yang mengundang tawa.
Tak hanya itu, penampilan Kwarcab Tegal dan Brebes pun mencuri perhatian. Dengan tangan kreatif mereka, sampah plastik disulap menjadi gaun yang cantik dan asyik.
Fajar, warga Blora mengaku sengaja datang bersama anaknya Huda yang masih berusia lima tahun untuk melihat karnaval dan berbagai kegiatan Jamda XV. Guru SD yang sejak muda telah aktif di Pramuka itu mengaku terkesima dengan kreativitas dari kontingen Jamda. Walaupun begitu dia tetap mendukung Kwarcab daerahnya yaitu Blora.
Aktif di Kwartir Ranting Blora, Fajar menilai kostum dari Blora menurutnya pas, menggambarkan kearifan lokal budaya Blora yang suka kebersihan, dan budaya samin.
Pimpinan kontingen Blora, Fahrul Rosyidi menceritakan, konsep kostumnya identik dengan nilai yang dipegang teguh oleh masyarakat samin. Yakni cinta kebersihan, yang digambarkan pasukan berbaju hitam dan rombongan pemungut sampah yang beraksi memungut sampah di sepanjang jalan. Ada pula rombongan gadis berbusana merah dan hijau yang cantik menggambarkan burung betet, maskot jamda, sekaligus simbol Blora sebagai penghasil jagung terbesar di Jateng.
Berbagai kreativitas yang ditampilkan peserta begitu memesona Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Ketua Kwarda Atikoh Ganjar Pranowo yang datang menyaksikan. Gelak tawa dan takjub terpancar dari rona wajah mereka setiap kali menyaksikan penampilan dari para kontingen. Beberapa kontingen pun kerap kali berinteraksi dengan Ganjar dan Atikoh, seperti memberikan makanan khas dari daerah mereka masing-masing.
Salah satu juri yaitu Wasihtiyastuti dari Bina Muda Kwarda Jateng mengapresiasi kreativitas dan potensi masing-masing Kwarcab yang berhasil menampilkan budaya khas daerah dengan luar biasa. Dia mengungkapkan, penilaian ditekankan  pada penampilan dengan keutuhan dan kesesuaian tema yang terbaik. Wasih berharap karnaval semacam itu dapat terus dikembangkan, sehingga dapat menjadi budaya di Jawa Tengah. (Ic/ Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait