“Cuci Otak” Cak Nun Bikin “Gaduh”

  • 14 Jul
  • bidang ikp
  • No Comments

Semarang – Banyolan dan sentilan khas budayawan Muhammad Ainun Nadjib atau biasa dikenal Cak Nun membuat “gaduh” acara halalbihalal keluarga Besar Bank Jateng, di Hotel Crown Semarang, Sabtu (14/7). Gelak tawa dan riuh tepuk tangan terus terdengar menyemarakkan suasana.

Para tamu seolah enggan beranjak dan tetap duduk lesehan di atas karpet menyimak nasihat dan pitutur kiai sekaligus sastrawan berambut gondrong tersebut. Terlebih suguhan musik unik perpaduan band, campursari, dan rebana terdengar rancak mengiringi lirik Kiai Kanjeng yang penuh makna namun disampaikan dengan kalimat “nakal” dan fulgar.

Selain ratusan keluarga besar Bank Jateng dari berbagai daerah, hadir pula dalam kegiatan tersebut Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP beserta istri Atikoh Ganjar Pranowo, Sekda Jateng Dr Ir Sri Puryono KS MP, Dirut Bank Jateng Supriyatno, serta budayawan Prie GS.

Gubernur Jateng H Ganjar Pranowo dalam sambutannya mengaku senang dengan gaya halalbihalal yang dikemas dengan suasana santai, penuh kebersamaan, dan kegembiraan. Semua yang hadir wajahnya semringah, menyimak dan menikmati suguhan spiritual yang disampaikan dengan gaya santai dan “ngedan“.

“Hari ini kita berkumpul bersama Cak Nun dan Prie Gs dalam suasana bahagia dan gendheng. Saya perhatikan dari awal peserta halalbihalal Bank Jateng tertawa lepas, ngakak tanpa pakewuh, dan ngedan,” ungkap gubernur.

Menurutnya, sangat jarang menemukan suasana seperti ini, “cuci otak” dengan gaya berbeda dan sangat nenyenangkan. Semua bisa tertawa lepas seolah tanpa beban, hati senang dan bahagia. Sebab kalau hati senang dan bahagia, maka melakukan apapun akan ikhlas dan tidak kemrungsung, pekerjaan berat terasa ringan karena dilakoni dengan gembira sehingga target pun mudah tercapai.

Gurauan dan banyolan-banyolan yang dilontarkan Cak Nun dan lainnya di panggung mampu mendinginkan pikiran, aksi-aksi unik yang disuguhkan, diantaranya penampilan tarian sufi khas timur tengah, perpaduan musik modern dan tradisional menjadikan suasana semakin “hidup” dan semarak.

“Pernyataan Kiai Kanjeng bahwa masa depan itu gelap. Artinya sedari sekarang kita harus senantiasa berhati-hati dan waspada dalam menjalani kehidupan. Kita harus mempersiapkan semuanya dengan baik, termasuk tidak nyolongan apalagi korupsi,” terangnya.

Lima tahun terakhir, lanjut dia, tidak ada ngutil, tidak ada yang nyolong, tidak ada budaya “setor-setoran”, tidak ada target menjijikan atau target ilegal. Kemudian apabila ada pegawai atau karyawan yang berprestasi diapresiasi.

“Jika itu terus dilakukan maka hidup akan semakin baik,” imbuhnya.

Ganjar menjelaskan, ketulusan pemerintah melayani masyarakat menjadi tampilan bahwa negara hadir. Masyarakat yang membutuhkan bantuan harus terlayani dengan mudah dan cepat. Pemerintah harus mampu merepon dan menindaklanjuti dengan cepat segala keluhan, kritik, maupun masukan dari masyarakat.

Penulis : Mn, Humas Jateng

Editor: Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait