Cek Lokasi Bencana, Ganjar Dicurhati Pengungsi

  • 03 Dec
  • bidang ikp
  • No Comments

Wonogiri – Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP mengunjungi posko bencana tanah longsor Kecamatan Tirtomoyo di komplek SDN 1 Dlepih, Minggu (3/12). Dia memantau langsung kondisi para warga dari dusun-dusun terdampak di Desa Dlepih yang mengungsi di posko tersebut.

Salah seorang warga Dusun Bengle RT 01/RW 05 Desa Dlepih, Ratiyem, ‘nguda rasa’ kepada gubernur. Dia dan keluarganya sudah tinggal di pengungsian selama empat hari. Rumah perempuan paruh baya itu menjadi salah satu rumah terdampak longsor yang terjadi Selasa lalu (30/11). Bagian dapur rumahnya retak cukup parah.

Karena takut kondisinya semakin parah, Ratiyem dan keluarga pun memilih mengungsi dengan warga lain. Apalagi setelah dia mengetahui dua orang tetangganya yang tinggal di Dusun Bengle RT 02 RW 05 yakni Suyati dan anaknya Sriwanti, ditemukan meninggal dunia oleh warga dan petugas evakuasi bencana.

Tanggi kula caket menika sedo kenging longsor. Menawi dalem kula menika dapur ingkang retak-retak. Menawi dereng bakoh nggih kula dereng wantun manggeni. Niku memang daerah rawan,” ceritanya kepada Ganjar.

Menanggapi cerita tersebut, orang nomor satu di Jawa Tengah itu meminta keluarga Ratiyem dan warga Desa Dlepih lainnya yang saat ini mengungsi di posko bencana tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Gubernur meyakinkan, pemerintah siap membantu warganya yang mengalami bencana. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah pun telah memberikan bantuan Rp 200 juta untuk penanggulangan bencana banjir dan longsor di Kabupaten Wonogiri.

Ganjar menerangkan, pihaknya akan berkoordinasi dengan badan geologi untuk mengetahui secara pasti kondisi geologi di Desa Dlepih. Apabila hasil analisis menunjukkan kondisinya memang berbahaya, pemerintah akan mengupayakan relokasi.

“Kita akan cek dulu dengan badan geologi tentang apa yang terjadi pada kondisi geologi di sana. Kalau membahayakan ya harus direlokasi,” ungkapnya.

Ditambahkan, pendekatan terpenting yang harus dilakukan adalah memberikan penjelasan kepada masyarakat agar tahu akan kondisi geografis di temlat tinggalnya. Sehingga, jika tidak memungkinkan untuk ditinggali, mereka bersedia pindah.

“Teori relokasi tidak semudah yang kita mau. Harus ada sambutan yang bagus dari masyarakat. Kalau jawabannya ya, nanti kita carikan (tempat relokasi),” terang Ganjar.

Mantan anggota DPR RI itu menuturkan, selama di pengungsian, warga diharapkan berkomunikasi satu sama lain. Misalnya tentang rencana gotong royong ketika nanti mereka diperbolehkan kembali ke rumah masing-masing. Mengobrol juga dapat mengalihkan perhatian mereka agar tidak terus-menerus bersedih karena tertimpa bencana longsor.

Dalam kesempatan itu, gubernur juga menyempatkan untuk berdialog drngan para pengungsi. Saat menyapa pengungsi lansia, Ganjar pun menanyakan kegiatan mereka selama sepekan berada di posko.

Mbah, kegiatane napa mawon dhateng mriki?” tanyanya.

Tenguk-tenguk mawon, Pak,” jawab salah seorang nenek.

Lho, ampun tenguk-tenguk. Simbah saget nembang nopo mboten? Nyanyi Garuda Pancasila saget Mbah?” tanya Ganjar lagi.

Alumnus UGM itu tanpa canggung menyayikan lagu Garuda Pancasila bersama pengungsi lansia di sana. Ganjar berpesan kepada para pengungsi, apabila muncul keluhan sakit, segera periksakan ke petugas kesehatan di posko tersebut.

 

Identifikasi Titik Rawan

Sebelum meninjau posko bencana longsor Desa Dlepih Kabupaten Wonogiri, Ganjar meninjau tanggul yang jebol akibat banjir di Desa Melikan Kabupaten Klaten. Pasca banjir, warga bergegas bahu membahu membangun tanggul tersebut bersama BPBD, BBWS, Brimob, dan sukarelawan. Semangat gotong royong segenap elemen masyarakat di tengah peristiwa bencana mendapat apresiasi Ganjar. Menurutnya, gotong royong adalah modal sosial yang sangat berharga yang dimiliki bangsa Indonesia.

Usai menijau pembangunan darurat tanggul yang jebol di Desa Melikan, Ganjar juga menyempatkan diri meninjau Jembatan Cawas Kabupaten Klaten. Bendung di jembatan itu dikeluhkan warga karena seringkali meluap saat hujan deras. Pada kesempatan itu, dia menyerahkan bantuan Pemprov Jateng untuk bencana banjir di Kabupaten Klaten sebesar Rp 100 juta.

“Ada tim teknis yang mesti turun baik dinas sumber daya air maupun bina marga, yang sifatnya lebih fisik. Sekarang yang paling penting adalah identifikasi seluruh titik rawan bencana yang berbahaya dilakukan cepat, karena kita mau penanganan darurat dulu. Sampai kemudian masuk tahun anggaran depan mudah-mudahan bisa dipermanenkan. Saya terima kasih karena BBWS sudah mendesainkan normalisasinya. Satu per satu nanti kita bereskan,” pungkasnya.

 

Penulis : Ar, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait