Butuh  “Tendangan” dari Jateng Atasi Kelangkaan Garam

  • 14 Aug
  • Prov Jateng
  • No Comments

Semarang – Produktivitas garam rakyat Jawa Tengah belum mampu berkontribusi untuk pemenuhan kebutuhan nasional. Karenanya Pemerintah Provinsi Jawa Tengah harus segera mengambil kebijakan atau menciptakan terobosan guna mengatasi kelangkaan pasokan garam dengan melibatkan petani garam, pengusaha, serta akademisi.

“Harus ada ‘tendangan’ dari Jawa Tengah. Kita mencoba mendorong agar dilakukan sebuah pilot project mengatasi kelangkaan pasokan garam. Tendangan dari Jateng harus kita lakukan,” ujar gubernur saat memberi pengarahan pada Rapat Koordinasi Pergaraman di Jateng, di Ruang Rapat Lantai V Gedung B Setda Jateng, Senin (14/8).

Menurut dia, pasokan garam konsumsi saat ini mengalami kelangkaan. Tindakan tercepat untuk mengatasinya adalah mendatangkan garam dari luar negeri atau impor. Sedangkan jangka panjang, perlu melakukan akselerasi pendirian pabrik, serta dukungan teknologi agar tidak sepenuhnya bergantung pada cuaca atau sinar matahari.

“Hari ini kita mesti percepat sesudah hitung posisi seperti ini, para petambak tradisional yang sangat bergantung pada matahari. Apakah tidak ada satu teknologi yang bisa kita pakai untuk kita bisa membereskan ini,” kata Ganjar.

Ia mencontohkan sentra pengolahan garam di Desa Jono, Kecamatan Batangan, Kabupaten Grobogan, yang menggunakan air sumur timba atau jauh dari laut sebagai bahan baku. Proses pengolahan, peralatan, pengemasan, hingga pemasaran semua masih tradisional sehingga produktivitas belum bisa diandalkan karena hanya mengandalkan sinar matahari.

“Produk garamnya dihargai Rp 10 ribu per kilogram. Tapi masak tidak bisa mekanisasi, masak ilmu pengetahuan dan teknologi kita tidak bisa membuat garam yang bagus,” terang alumnus UGM ini.

Untuk pendirian pabrik garam di Desa Raci, Kecamatan Batangan, Kabupaten Pati, lanjut gubernur, feasibility study-nya sudah jadi sehingga ground breaking atau peletakan batu pertama bisa dilakukan pada 2017. Lahan pabrik dengan luas sekitar dua hektare juga sudah siap.

“Suplai bahan baku karena ini terkait lahan, maka akan dibantu pemkab. Bahkan Desa Raci dan sebelahnya menyatakan siap. Sedangkan hektaran atau luasan untuk suplai kita dorong dan teknologi dibantu BPPT,” terangnya.

Kepala Desa Raci, Mamik Eko Trimurti menyambut baik pembangunan pabrik garam wilayahnya. Terdapat 750 hektare lahan produksi garam di Desa Raci, sekitar 400-500 hektare siap. Bahkan beberapa desa sekitar menyatakan siap menyediakan lahan produksi garam.

“Untuk suplai bahan garam, lahan di desa kami cukup untuk produksi, bahkan desa-desa sebelah juga siap. Petani garam di desa saya sangat mendukung pembangunan pabrik garam ini,” tandasnya.

Direktur Pusat Teknologi Farmasi dan Medika Badan Pengkajian dan Penetapan Teknologi (BPPT) Imam Paryanto dalam paparannya menyebutkan, keberadaan pabrik pengolah garam di Jateng merupakan salah satu solusi untuk mengatasi kelangkaan garam yang selama ini terjadi. Terutama kebutuhan garam industri.

Menurutnya, lahan tambak garam di Jateng belum mampu memroduksi garam industri. Kecuali kalau menerapkan konsep lahan garam yang terintegrasi dengan baik di sentra-sentra industri garam, seperti Pati, Jepara, Demak, Rembang, dan Brebes.

Ditambahkan, beberapa permasalah garam yang terjadi di Indonesia termasuk di Jateng, yang utama menyangkut cuaca, sehingga petani kerapkali berpacu dengan cuaca. Apabila hujan petani panen cepat, kualitas menjadi rendah. Selain itu luas tambak garam relatif terbatas dan lokasinya terpencil.

“Ini tentunya juga menyangkut bagaimana kita memanfaatkan lahan garam secara optimal. Ada gudang untuk menjaga stok garam secara terukur dan terdaftar dengan baik,” kata Imam.

Tetapi yang lebih penting lagi, imbuhnya, bagaimana merevitalisasi lahan garam yang sudah ada di berbagai daerah. Dengan begitu produksi garam lokal meningkat, termasuk garam industri baik untuk industri makanan, minuman, tekstil, pengeboran minyak, dan lainnya.

 

Penulis : Mn, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Berita Terkait