Bursa Kayu Indonesia “Online”, Dekatkan Produsen dengan Pembeli

  • 19 Mar
  • bidang ikp
  • No Comments

Semarang – Sistem Indonesia Timber Exchange (ITE) E-Commerce atau bursa kayu Indonesia secara online, selain dapat memromosikan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu Indonesia (SVLK), juga mampu meningkatkan ekspor. Selain itu bisa pula mendekatkan antara produsen dan pembeli, serta memangkas mata rantai ekspor kayu olahan.

Hal itu disampaikan Sekda Jateng Dr Ir Sri Puryono KS MP saat membacakan sambutan tertulis Pelaksana Tugas Gubernur Jateng Drs Heru Sudjatmoko MSi pada Peresmian Ekspor Perdana Produk Kayu Olahan dengan ITE e-Commerce berbasis V-Legal ke Amerika Serikat di PT Indojati Utama Semarang, Senin (19/3).

Ia menjelaskan, ITE e-Commerce adalah satu terobosan kreatif pengelolaan produk hasil hutan dari sistem konvensional ke sistem digital. Melalui sistem itu diharapkan proses transaksi, termasuk hubungan antara produsen dan pembeli atau business to business, baik domestik maupun antar negara akan lebih efektif dan efisien, juga lebih transparan.

“Harapannya ke depan, digitalisasi tersebut tidak sebatas pada bidang ekspor, namun menjadi sebuah proses pengelolaan hutan secara menyeluruh. Dari aspek perencanaan, pengelolaan, pemrosesan, hingga pemasaran hasil hutan termasuk kayu olahannya, beserta monitoring dan evaluasi, semua secara online,” terang Sekda.

Sri Puryono menunjuk data BPS Jateng 2017, di mana industri tekstil, kayu, dan barang dari kayu merupakan komoditas yang menopang ekspor Jateng. Pada Desember 2017, nilai ekspor tekstil 237,85 juta dolar AS (dengan pangsa pasar 42,31% terhadap total eskpor kumulatif Januari – Desember 2017), kayu 77,46 juta dolar  AS (16,18%), dan barang dari kayu 57,87 juta dolar AS (10,88% ).

Ketiga komoditas tersebut masih menjadi andalan Provinsi Jawa Tengah sepanjang 2017. Bahkan kayu olahan, benang, produk minyak kelapa, furnitur, garmen, dan lain-lain, selama lima tahun terakhir mampu melampaui laju pertumbuhan ekonomi nasional, serta partumbuhan positif volume ekspor. Negara pangsa pasar utama ekspor Jawa Tengah selama bulan Desember 2017 yakni, Amerika Serikat, Jepang, dan Tiongkok.

Ditambahkan, data ekspor menggunakan dokumen V-Legal kurun waktu lima tahun terakhir ke Amerika dan Tiongkok menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), meliputi bangunan (prefabrikasi), chipwood (serpih kayu), furnitur kayu, kerajinan, panel, paper, pulp, veneer dan woodworking.

“Mudah-mudahan ekspor perdana ini mampu mendorong pelaku usaha perkayuan lainnya untuk menerapkan sistem ITE dalam pemasaran produknya, bahkan pengolahannya. Jangan lupa selalu lakukan inovasi untuk kemaslahatan negeri,” pintanya.

Sekda menambahkan, potensi ekpor kayu olahan dari Jateng sangat besar. Hal itu didukung dengan hamparan hutan di wilayah kawasan hutan yang dikelola Perhutani seluas 647 ribu hectare, dan hutan rakyat sekitar 740 ribu hektare. Sedangkan kawasan fungsi hutan mencapai lebih dari 34 persen, dengan komoditas jati, mahoni, sono keling, sono kembang, dan rimba lainnya.

“Kayu merbau yang diekspor ke Amerika seperti sekarang ini memang tidak ada di Jateng tapi dari Papua. Dari Jateng adanya jati, mahoni dan kayu rimba lainnya,” katanya.

Produksi kayu jati Jateng rata-rata 175 ribu meter kubik per tahun. Sementara kayu jati, mahoni, dan kayu rimba lainnya sekitar 80 ribu meter kubik. Selain itu hasil hutan nonkayu seperti getah pinus dan damar sekitar 40 ribu ton per tahun. Hasil hutan tersebut mampu memberikan kontribusi sangat besar bagi Jateng. Bahkan Perum Perhutani Divre 1 produksinya paling besar se Jawa.

Staf Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bidang Energi Hudoyo mengatakan, keberhasilan Indonesia di dalam perjanjian sukarela FLEGT PA dengan Uni Eropa harus menjadi momentum untuk memperluas pasar ekspor produk kayu Indonesia. Pasalnya, Uni Eropa mempunyai pengaruh global secara ekonomi dan politik serta preferensi konsumennya yang sangat kuat dengan masalah lingkungan.

Menurutnya, salah satu kunci untuk meningkatkan ekspor produk perkayuan adalah inovasi dan adaptasi dengan perkembangan teknologi terkini, termasuk memanfaatkan teknologi informasi dalam perdagangan produk kayu. ITE layak diapresiasi karena aplikasi itu diharapkan meningkatkan kinerja sektor perhutanan dari hulu sampai hilir, terutama yang terkait dalam perluasan akses pasar produk kayu baik domestik maupun internasional.

“Terpilihnya Amerika Serikat menjadi tujuan ekspor perdana menggunakan sistem tersebut patut disambut hangat, karena Amerika Serikat saat ini menempati posisi penting dengan masuk dalam lima besar tujuan ekspor produk perkayuan Indonesia,” katanya.

Hudoyo menambahkan, dengan dukungan sistem ITE, pihaknya bisnis ekspor produk kayu olahan Indonesia ke Amerika Serikat akan meningkat. Selain itu pangsa pasar produk lain ke Amerika Serikat perlu diperhatikan karena konsumennya dikenal peduli terhadap isu lingkungan. Sehingga keberhasilan menembus pasar Amerika melalui ITE, diharapkan dapat diikuti pasar-pasar di negara lainnya.

 

Penulis : Mn, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

 

Berita Terkait