“Buku Berlistrik” Permintaan Favorit Bocah Rambut Gimbal

  • 06 Aug
  • Prov Jateng
  • No Comments

Banjarnegara – Kidung Bahasa Jawa ritual potong rambut gimbal terdengar syahdu di kawasan Candi Arjuna dataran tinggi Dieng, Minggu (6/8) pagi. Untaian harapan dan doa diiringi alunan gending khas Jawa dipanjatkan sesepuh desa agar prosesi ruwatan bocah Bajang berjalan lancar tanpa halangan.

Cuaca cerah di “Bumi Para Dewa” tersebut seolah turut menyambut kehadiran sembilan bocah yang siap menjalani tahapan ritual pemotongan rambut gimbal. Mengenakan busana adat berwarna putih, para bocah berusia antara 3-6 tahun itu mengikuti ruwatan dengan khidmat.

Turut hadir dalam tradisi yang menjadi puncak Dieng Culture Festival 2017 itu, Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo dan istri Atikoh Ganjar Pranowo, Deputi Bidang Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar Esti Riko Astuti, 15 pasang raja nusantara beserta permaisuri. Antara lain Raja Sulsel YM Karaeng Marewa, Raja Keraton Selayar Lampung Andi Mahyudin, dan Raja Kerajaan Tamiang Aceh Tengku Marini Yudi.

Tidak hanya menghadirkan para bocah beserta orang tua masing-masing, tradisi masyarakat Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara itu juga mengusung beragam barang permintaan dari sembilan anak berambut gimbal secara alami atau bocah bajang. Mulai dari sepeda mini, boneka, buah, buahan, maunan, binatang ternak, maupun alat sekolah.

Seperti halnya Naila Hasna Salsabila (5), gadis kecil warga Desa Salam, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara itu tampak sumringah ketika rambut kriwilnya dipotong Gubernur Ganjar Pranowo. Bahkan senyumnya langsung mengembang saat menerima barang permintaannya, yakni sebuah sepeda mini warna ungu dan satu unit alat komunikasi Tablet atau yang dia sebut dengan istilah “buku berlistrik”.

Tidak kalah unik adalah permintaan Nur Aminatun (5) yang bersedia dicukur rambut gimbalnya jika dibelikan jajanan di warung tetangga. Padahal orangtuanya juga berjualan jajanan seperti yang diinginkan yaitu kerupuk dan makan ringan lainnya. Ada pula yang hanya minta serutan buku dan paha ayam goreng tepung, boneka beruang, burung lovebird, sapi, dan kambing.

“Ada yang aneh, yaitu hanya mau dipotong kalau di Salon Om Ujang Wonosobo. Dan untuk perayaan tahun ini semua anak yang ikut pemotongan rambut gimbal mendapat bonus dari panitia berupa barang seperti yang diminta Naila, yaitu Tablet,” terang Kasi Pelayanan Informasi Pariwisata Dinas Pariwisata Banjarnegara, Chaerudin.

Ia menjelaskan, apapun permintaan si bocah bajang harus dituruti. Jika tidak dipenuhi, rambut anak tersebut akan terus tumbuh gimbal meskipun sudah beberapa kali dipotong.  Biasanya rambut mereka tumbuh gimbal dengan diawali sakit panas luar biasa selama tiga hari. Bahkan sampai sekarang dokter pun belum bisa mengetahui apa penyebab sakit panas yang dialami para anak “istimewa” itu.

Pemotongan rambut gimbal yang dikemas dalam event pariwisata menarik oleh masyarakat Dieng Kulon  itu tidak hanya sebagai upaya melestarikan budaya lokal. Tapi sekaligus menggalang dana untuk ruwatan pemotongan rambut gimbal. Sebab, permintaan anak bajang sangat beragam dan tidak sedikit yang sulit dipenuhi orangtuanya karena tidak adanya uang.

Sementara itu, Gubernur Jateng H Ganjar Pranowo SH MIP menyampaikan, tradisi pemotongan rambut gimbal di dataran tinggi Dieng akan terus digelar. Ke depan, kegiatan yang selalu dipadati pengunjung dari berbagai provinsi dan mancanegara itu akan dikemas lebih baik.

“Mudah-mudahan anak kita yang rambutnya gimbal begitu sudah dipotong, kita doakan jadi anak yang soleh dan solehah, cita-citanya tercapai. Minimal cita-cita jangka pendek minta sepeda dan boneka,” ucapnya di sela-sela prosesi pemotongan rambut gimbal

Dalam kesempatan itu, orang nomor satu di Jateng itu berharap panitia penyelenggara mendata para pengunjung yang datang. Pada pagelaran tahun berikutnya mereka diundang kembali sehingga ada semacam penghormatan terhadap para wisatawan.

 

Penulis : Mn, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

 

Berita Terkait