Budayakan Dialog Atasi Masalah Ketenagakerjaan

  • 03 May
  • Prov Jateng
  • No Comments

 

Semarang – Aksi protes yang dilakukan buruh, tak berarti wujud kemarahan kepada pemerintah. Bisa jadi apa yang mereka lakukan karena hak-hak buruh yang belum dipenuhi pihak perusahaan.

Keluhan tersebut mencuat saat dialog interaktif Mas Ganjar Menyapa bertema May Day yang berlangsung di Rumah Dinas Gubernur (Puri Gedeh), Rabu (3/5). Khusnul Khotimah, misalnya, warga Kota Semarang ini menyampaikan unek-uneknya melalui pesawat telefon kepada Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP.

Menurutnya, buruh itu tidak marah dengan pemerintah, tapi buruh ingin membakar pabrik, karena gaji dicatut dua sampai empat hari tidak dibayarkan, longshift sampai 12 jam tetap dilakukan meskipun tidak diperbolehkan, uang makan yang tidak manusiawi. Hanya UMK ketetapan pemerintah yang menjadi pegangan hidup para buruh. Itulah kenapa mereka sangat membutuhkan pemerintah untuk menaikan UMK.

Menanggapi keluhan buruh tersebut, Gubernur Ganjar Pranowo mengatakan, dialog atau diskusi antara buruh dan pengusaha penting dilakukan untuk mengatasi beragam problematika ketenagakerjan yang semakin kompleks. Jika terjadi gesekan kepentingan antara pengusaha dan pekerja, pemerintah siap memfasilitasi sehingga tidak perlu ada bakar pabrik ataupun aksi anarkis lainnya.

“Laporkan saja ke Pengawas Ketenagakerjaan kalau ada kejadian seperti yang disampaikan tadi. Dialog antara buruh dengan pihak perusahaan akan lebih baik daripada demo, apalagi  bakar-bakaran. Karena membakar pabrik sama dengan membakar tempat mencari makan. Apakah jika kekesalan buruh dilampiaskan dengan membakar pabrik maka segala persoalan akan terselesaikan,” ujarnya.

Sejak dua tahun terakhir, kata Ganjar, peringatan Hari Buruh Internasional atau May Day di Jawa Tengah berlangsung aman dan semarak. Kondisi tersebut menurutnya karena budaya dialog mulai dilakukan dan para buruh memahami pentingnya berdiskusi. Salah satunya berembug bersama membuat bermacam acara selain berdemo dalam rangka memperingati May Day.

“Ketika dialog, intonasi dan tensinya berbeda, lebih soft, teriakannya tidak keras, diajak ngobrol, dan itu menjadi menarik menurut saya. Yang paling bagus. Dan saat jalan sehat (misalnya) tidak ada teriakan yang bikin bising,” imbuh mantan anggota DPR RI ini.

Menurutnya, dengan dialog, relasi buruh dengan perusahaan kian harmonis dan dapat menjadi salah satu kunci peningkatan produktivitas dan kualitas pekerja. Keharmonisan atau keakraban buruh dengan perusahaan bisa dijalin dengan berbagai kegiatan bersama, seperti sepeda santai, senam sehat, gerak jalan, dan berbagai lomba atau permainan lain yang bertabur hadiah menarik. 

“Seperti kemarin kami memperingati May Day di Karanganyar dan Sukoharjo dengan jalan sehat dan senam bersama. Ketika kita jalan sehat bareng, mereka lebih banyak selfie sambil bernyanyi dan diakhiri dengan pembagian hadiah. Bahkan, di Purbalingga para buruh lomba peragaan busana, itu sangat menarik,” bebernya.

Dialog interaktif  bertema May Day itu tidak hanya membahas berbagai persoalan yang kerap dialami para pekerja, baik menyangkut hak dan kewajiban buruh maupun perusahaan, melainkan juga peran dan fungsi pemerintah dalam menyikapi beragam permasalahan ketenagakerjaan.

 

Penulis : Mn, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Berita Terkait