Budaya Jadi Magnet Kunjungan Wisatawan Asing

  • 18 Nov
  • bidang ikp
  • No Comments

Semarang – Sektor pariwisata kini ditetapkan menjadi core ekonomi nasional oleh pemerintah pusat. Sejalan dengan penetapan tersebut, Undang-undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan telah terbit sejak enam bulan lalu. 

Ketua Umum Budaya dan Seni Pusat Mayjen TNI (Purn)  Hendardji Soepanji mengatakan, kedatangan wisatawan asing ke suatu negara ditentukan oleh kekuatan budayanya. Survei dari United Nation World Tourism Organization menyebutkan, 60 persen kedatangan wisatawan itu karena budayanya. 

“Pemerintah menargetkan kunjungan wisatawan asing sebanyak 20 juta orang pada 2019. Dengan keluarnya Undang-undang Nomor 5 tahun 2017, maka suatu peluang besar bagi kita semua untuk memperkuat budaya, sekaligus menyambut kebijakan pemerintah yang telah menetapkan pariwisata sebagai core ekonomi nasional,” jelas Hendardji usai mengukuhkan Ketua Umum Budaya dan Seni Jawa Tengah Drs Ir Sri Puryono KS MP, Jumat (17/11) di Wisma Perdamaian.

Hendardji membeberkan, pihaknya sudah bekerja sama dengan Pemerintah Kota Semarang untuk menyelenggarakan kegiatan seni budaya berskala besar di Kecamatan Gunungpati. Event terdekat pada akhir Desember 2018, yakni menggelar pertukaran budaya 34 provinsi di Indonesia. Desa Kandri Gunungpati, dipilih sebagai tempat penyelenggaraan.

“Kemudian Agustus 2019, 20 negara juga akan diundang untuk berinteraksi di Desa Kandri. Desa Kandri saat ini sedang dikembangkan Pemkot Semarang, yang di-backup beberapa kementerian terkait. Besok Senin, akan dieksekusi bantuan dari Kementerian Desa dan Kementerian Pariwisata sebanyak 100 rumah untuk perbaikan homestay, termasuk interiornya, ” tuturnya.

Kegiatan pada Agustus 2019, lanjut Hendardji, sebenarnya mengulang peristiwa 100 tahun lalu, yang pernah digelar di Semarang. Dia menjelaskan, pada 1914 pernah digelar pasar malam sentiling di Kota Lama.

“Sedangkan yang akan kita kembangkan nantinya, bukan di Kota Lama, tapi di Gunungpati di 16 desa. Lebih khusus lagi di Desa Kandri. Sehingga 16 desa inilah yang dalam waktu dekat bangun sebagai desa wisata dalam rangka pengembangan kebudayaan di Jawa Tengah,” ungkapnya.

Hendardji berharap, daerah-daerah lain di Jawa Tengah bisa meniru jejak Kota Semarang.

Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP yang diwakili Asisten Kesejahteraan Rakyat Sekda Provinsi Jateng Drs Budi Wibowo MSi menyambung, kekayaan budaya nusantara tidak ada duanya dan tak ada negara yang mampu menyamainya. Termasuk Jawa Tengah Jateng yang mempunyai karakterisitik budaya yang bermacam-macam. Contohnya, meski daerah satu dengan daerah lain sama-sama berbahasa Jawa, tetapi aksennya bisa berbeda-beda. Belum lagi keseniannya.

“Ada seni jaran kepang, yang satu tempat dengan tempat lain seringkali tidak sama persis, kemudian ada tayub, tari topeng dan lain-lain. Ini khasanah budaya Jawa Tengah yang mampu memperkaya budaya nusantara,” urainya.

Beranekanya seni budaya itu, imbuh Budi, mesti dirawat dan dikembangkan agar lestari untuk memperkuat budaya nusantara. Pihaknya berharap, KSBN memegang peran pelestarian budaya yang bersinergi dengan Pemprov Jateng.

“Saya yakin hal ini akan memberikan dampak dan hasil yang luar biasa untuk kemajuan budaya Jawa Tengah pada khususnya, dan budaya nusantara pada umumnya,” ucapnya.

Hal senada ditandaskan Ketua Umum KSBN Jateng yang juga Sekda Provinsi Jateng Dr Ir Sri Puryono KS MP. Menurutnya, budaya nusantara harus dimajukan dan dikembangkan. Sebab, gempuran budaya dari luar negeri luar biasa, masuk ke Indonesia melalui berbagai arah.

“Kalau kita tidak bisa menyaring, nanti akan terkikis dan hilang budaya asli Indonesia,” tutupnya

 

Penulis : Rt, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

 

Berita Terkait