BISMA Bantu Selesaikan Persoalan Industri Kecil

  • 16 Sep
  • Prov Jateng
  • No Comments

Pekalongan – Merasa bingung ketika memulai usaha? Produk orisinal dan bagus tapi sulit mengurus hak kekayaan intelektual? Ingin melakukan inovasi produk, namun belum memiliki ketrampilan memadai? Atau, tak memiliki jaringan ketika ingin meluaskan usaha? 

Semua masalah itu kerapkali dihadapi industri kecil, termasuk industri kreatif. Merespon problem tersebut, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menyediakan aplikasi BISMA (Bekraf Information System in Mobile Application) yang berbasis web dan smartphone (Android & iOS).

Deputi 1 Riset Edukasi dan Pengembangan Bekraf Dr Ing Abdur Rohim Boy Berawi menyampaikan dengan memanfaatkan aplikasi BISMA, pelaku industri kecil akan mendapat beragam dukungan dan fasilitas dari Bekraf. Ada lima prinsip yang diusung BISMA, yakni be updated, be supported, be integrated, be engaged, and be marketed.

Kehadiran aplikasi BISMA, disambut hangat Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP. Menurut gubernur, aplikasi itu dapat membantu pengembangan industri kecil secara detil.

“Saya senang, Bekraf hadir kesini untuk membantu karena Bekraf memotretnya lebih lengkap. Bagaimana suasana eksternal pasar, cara menjualnya dan apa-apa yang harus diperbaiki dari industri kreatif itu,” tuturnya usai menjadi keynote speaker pada acara Bekraf Goes to Member di Hotel Sahid Mandarin, Jumat (15/9).

Ganjar yakin, kehadiran aplikasi BISMA dari Bekraf akan bisa membantu lebih banyak lagi industri kecil. Sebab, dengan jaringan internet, daya jangkaunya tentu lebih luas.

“Dengan program dari Bekraf ini, lebih banyak lagi yang bisa kita bantu, kita dampingi, kita advokasi. Mulai dari permodalan, quality control, hingga pemasaran,” ujar dia.

Ganjar menunjuk contoh, masalah pemasaran di mana masih banyak industri kecil yang hanya mengandalkan pemasaran konvensional. Padahal mereka bisa memanfaatkan berbagai aplikasi yang kini tersedia, termasuk BISMA atau melalui media sosial.

Setelah bisa menggunakan aplikasi dalam pemasarannya, sebenarnya industri kecil tinggal melakukan promosi. Yang paling sederhana adalah menyampaikan informasi produk kepada calon konsumen secara berulang-ulang. Setelah itu, memperhatikan kemasannya.

“Ketika mereka menjual, seringkali packaging-nya nggak bagus. Misalnya produk batik, rata-rata hanya dibungkus kertas. Kenapa tidak membuat bungkus dari kayu atau bambu misalnya,” ungkapnya.

Kemasan itu, menurut Ganjar, akan memberi value added yang tinggi terhadap sebuah produk. Dia mencontohkan, kemasan makanan di Jepang yang unik dan menarik, membuat harganya naik berlipat-lipat dan tetap laku di pasaran.

 

Penulis : Rt, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

 

Berita Terkait