Bisakah Pers Berdiri Tegak di Tengah?

  • 11 Feb
  • bidang ikp
  • No Comments

Semarang – Bukan sekadar pergerakan menangkal hoaks, pers saat ini mendapat tantangan untuk mempertahankan martabatnya sebagai salah satu pilar demokrasi. Pers juga dituntut menjaga netralitas menjelang Pemilihan Umum (Pemilu).

Hal itu disampaikan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo usai menjadi keynote speaker talk show “Media, Keragaman dan Tahun Politik” di kantor Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jateng, Senin (11/2/2019). Menurutnya, saat ini ada tiga godaan profesi pada dunia jurnalistik, yakni unsur politik, relasi sosial dan emosional serta unsur ekonomi.

“Betapa sulitnya pers saat ini karena ditarik kanan-kiri,” ucapnya.

Padahal, lanjut Ganjar, tiga hal itu menjadi medan pergerakan pers. Di sisi lain, pers juga diuji integritasnya untuk menyajikan fakta yang berimbang. Hal tersebut disebutnya sebagai godaan iman jurnalistik.

“Pers kita hari ini mendapatkan tantangan dan godaan iman yang luar biasa. Bisakah tetap berdiri tegak di tengah, bisakah selalu menyeimbangkan seluruh berita, bisakah selalu memberikan berita yang clean and clear, tidak hoaks,” ujarnya.

Maka di tahun politik ini, Ganjar berpesan, pers harus mampu menghindari godaan tersebut. Sebagai pilar demokrasi, masyarakat tentu berharap pers mampu menjalankan fungsinya sebagai lembaga pengontrol secara maksimal. Profesionalitas menjadi hal yang tidak bisa ditawar oleh wartawan untuk menjaga martabat.

Bersama PWI, kata gubernur, Pemprov Jateng terus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan integritas wartawan. Salah satunya dengan melaksanakan uji kompetensi wartawan.

“Kalau ada yang keliru bisa diluruskan, kalau ada yang salah dibenarkan, kalau ada yang positif disampaikan tanpa harus nyinyir. Inilah tantangan pers hari ini. Tantangan ini tidak bisa kita hindari, harus kita hadapi,” tegas mantan anggota DPR RI ini.

Pada kesempatan yang sama, Ketua PWI Jateng, Amir Mahmud juga menyampaikan, memasuki tahun politik, banyak bertebaran berita-berita hoaks. Netralitas insan pers juga kerap dihalang-halangi.

“Impian media untuk betul-betul bening dan jernih, ternyata tidak selalu mendapat restu dari orang-orang yang punya kepentingan. Keinginan kami memasukkan konten ke jalur yang jernih, yang kami anggap sebagai bentuk kenegarawanan ternyata mendapat ganjalan,” tukasnya.

Amir Mahmud berharap, dengan berbagai pelatihan peningkatan kompetensi, nantinya akan berimbas pada kesejahteraan awak media. Dengan begitu, salah satu godaan yang kerap menghampiri insan pers dapat dihindari.

“Profesional yang idealis, namun memiliki jaminan kehidupan. Kami bukan pertapa atau zuhud yang membelakangi dunia, namun jaminan kehidupan itu agar menjaga idealisme kami untuk kehidupan bermasyarakat ini,” bebernya.

 

Penulis : Ib, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait