BIF Tak Sekadar Pertunjukan Seni Budaya

  • 29 Jul
  • Prov Jateng
  • No Comments

Magelang – Perhelatan Borobudur International Festival (BIF) diharapkan rak sekadar pertunjukan seni budaya. Tapi juga pengembangan desa wisata yang ada di sekitarnya.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kementerian Pariwisata RI Esthy Reko Astuti menyampaikan BIF merupakan salah satu  pertunjukan seni budaya yang sangat dinantikan oleh wisatawan nusantara dan mancanegara. Untuk itu pihaknya berharap BIF dapat menjadi agenda wisata tahunan yang rutin diselenggarakan demi mendongkrak jumlah kunjungan wisatawan. Terlebih, pesona tarian tradisional, kerajinan tangan, hingga kuliner khas kabupaten/kota di Jawa Tengah siap memikat hati para pengunjung. Ajang internasional itu juga diikuti beberapa negara seperti India, Jepang, dan Cina turut memeriahkan BIF 2017 dengan menampilkan tarian

“Ini sudah empat kali (diselenggarakan) tapi tidak rutin setiap tahun. Mulai tahun 2003, 2009, 2013, kemudian baru tahun 2017 ini. Maka kita dorong kalau bisa rutin diselenggarakan setiap tahun supaya ada keberlanjutan. Kepastian jadwal yang terencana ini sangat membantu buat kita untuk memromosikan dan buat wisatawan untuk menyusun rencana berkunjung,” terangnya saat menghadiri Opening BIF 2017, Jumat malam (28/7).

Esthy menjelaskan, target kunjungan wisatawan nusantara ke Borobudur hingga 2019 mencapai empat juta orang. Sementara itu, target kunjungan wisatawan mancanegara adalah dua juta orang.

Perempuan berhijab itu mengapresiasi, rangkaian perhelatan BIF tidak hanya mencakup pertunjukan seni budaya. Namun juga pelatihan untuk pengembangan desa wisata.

“Rangkaian kegiatan ini sebenarnya sudah berlangsung tanggal 24 Juli, tapi baru tanggal 28 Juli diresmikan. Kita lihat tidak hanya dalam bentuk festival atau pertunjukan tari, tapi juga ada seminar atau pelatihan yang kaitannya dengan seni dan desa wisata. Tentu ini sangat baik untuk pengembangan kawasan,” pujinya.

Menanggapi saran dari Kementerian Pariwisata, Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP yang hadir meresmikan ajang pariwisata internasional itu menyatakan siap menggelar BIF setiap tahun.

“Saya rasa kementerian pariwisata sangat support. Karena sudah di-support kementerian, nanti kita siapkan setiap tahun. Harapannya ada selalu perbaikan-perbaikan. Tadi catatannya menarik. Event dan keterlibatannya bisa diperluas, negara yang ikut bisa lebih banyak, mungkin formatnya tidak hanya di sini tetapi juga di sekitarnya. Termasuk ada panggung modern, panggung tradisional, panggung nasional, panggung lokal sehingga bisa lebih colorful,” ujarnya.

Mantan anggota DPR RI itu menambahkan, Jawa Tengah memiliki banyak daerah yang menyajikan pesona wisata. Tak jauh dari Borobudur, terdapat desa wisata bernama Punthuk Setumbu yang viral karena lokasinya yang makin sering dikunjungi wisatawan nusantara dan mancanegara untuk menikmati keindahan matahari terbit di langit Borobudur. Bahkan sebelum meresmikan BIF 2017, Ganjar menyempatkan diri mengunjungi Punthuk Setumbu dan berdialog dengan warga setempat.

Salah seorang tokoh masyarakat Desa Karangrejo, desa di mana destinasi wisata Punthuk Setumbu berada, Marsidi mengungkapkan, kunjungan wisatawan ke Punthuk Setumbu meningkat beberapa tahun terakhir.

“Dari tahun ke tahun, kunjungan ke Punthuk Setumbu makin meningkat. Pada tahun 2016, kunjungan dari wisatawan lokal mencapai kurang lebih 80 ribu orang. Sementara itu, kunjungan wisatawan asing mencapai kurang lebih 20 ribu orang. Prestasi ini otomatis akan meningkatkan taraf hidup masyarakat,” ungkapnya.

Meski Punthuk Setumbu makin mendunia, namun Marsidi dan warga justru cemas apabila budaya asing yang dibawa oleh wisatawan mancanegara akan melunturkan budaya lokal yang dijunjung oleh warga.

“Karena semakin banyak turis asing yang berkunjung, mereka ke sini dengan pakaian yang serba minim, kami takut anak cucu terkontaminasi dengan budaya asing. Jangan sampai budaya dan adat istiadat kami tergerus oleh budaya asing,” bebernya.

Mendengar kekhawatiran Marsidi dan warga, Ganjar pun menyarankan, mereka dapat menyampaikan kepada wisatawan mancanegara untuk turut menjaga kearifan lokal sembari menikmati pesona Punthuk Setumbu dan keramahan masyarakat setempat.

“Saya sepakat budaya harus kita jaga. Jadi, masyarakat juga perlu menyampaikan secara persuasif kepada turis untuk menjaga kearifan lokal, termasuk sopan santun yang dijunjung. Sampaikanlah pesan itu dengan penuh keramahan. Karena saat panjenengan jual pariwisata niku sing kudu dijaga adalah senyum. Kalau turis terkesan, komunikasi mulut ke mulut akan membantu memperluas pemasaran pariwisata,” jelasnya.

 

Penulis : Ar, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

 

Berita Terkait