Biasakan Berbahasa Jawa, Junjung Tinggi Unggah-Ungguh

  • 21 Dec
  • bidang ikp
  • No Comments

Batang – Penerapan sehari berbahasa Jawa pada hari Kamis yang diterapkan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, tampaknya sepele. Namun, di balik penerapan aturan tersebut, ada banyak manfaat yang bisa dirasakan. Tidak hanya agar bahasa jawa tetap lestari, tapi juga untuk mengajarkan unggah-ungguh, dan saling menghormati.

“Penerapan sedinten ngagem Basa Jawi, salah setunggale kagem ngajak masyarakat Jawa Tengah belajar unggah-ungguh. Kitha ngertos, bahasa dhateng Indonesia niku kathah. Ning, bahasa ingkang junjung tinggi unggah-ungguh, saling menghormati, saking ingkang enem, namung Basa Jawi,” tutur Wakil Gubernur Jawa Tengah H Taj Yasin Maimoen dalam kegiatan Tahtiman dan Haflah Maulidur Rasul di Masjid Jami’ Warungasem Batang, Kamis (20/12) malam.

Gus Yasin yakin, jika masyarakat Jawa Tengah masih senang menggunakan bahasa Jawa, lunturnya nilai-nilai budaya Jawa karena hadirnya budaya digital tidak akan terjadi. Sebab, dengan menerapkan bahasa Jawa sebagai salah satu budaya Jawa, artinya masyarakat Jawa Tengah masih melaksanakan nilai-nilai yang terkandung dalam bahasa Jawa. Salah satunya, etika anak muda yang harus menghormati orang tua dan orang tua yang mesti memberi teladan kepada generasi muda.

Menawi masyarakat Jawi Tengah taksih remen kaliyan basa Jawi nipun, kula yakin budaya menghormati ingkang sakpunika dipun astani budaya digital luntur, amargi dados saling menjelekkan, nyebar berita hoaks, nyebar fitnah, mboten wonten ing Jawi Tengah,” jelasnya.

Di dalam pengajian-pengajian, imbuh Wagub, umat Islam seringkali diingatkan jika manusia tempatnya khilaf dan salah. Sehingga, semestinya umat Islam tidak terburu-buru menghakimi ketika mengetahui sesamanya ada yang melakukan kekhilafan. Apalagi Allah SWT memerintahkan agar manusia hanya berdoa kepada-Nya untuk mengubah manusia lain menjadi lebih baik.

 

Penulis : Rt, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait