Berdayakan Karang Taruna Majukan Kerajinan Tanduk

  • 10 Feb
  • bidang ikp
  • No Comments

Magelang – Tanduk kerbau yang tampaknya keras dan kuat, apabila dipanaskan ternyata menjadi lentur. Berada di tangan-tangan kreatif warga Desa Pucang Kecamatan Secang, tanduk kerbau itu bisa menjadi beraneka kerajinan menarik.

Adalah Zaim, salah satu warga yang menekuni kerajinan tanduk sejak 1965. Saat rumah produksinya dikunjungi Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP, Jumat (9/2) dia memamerkan hasil-hasil produknya. Ada sisir, wayang, gunungan, naga, peralatan memasak, tanduk banteng, dan kerajinan seni yang lain.

Begitu melihat tanduk banteng, Ganjar langsung tertarik. Diambilnya tanduk banteng itu dan kemudian diangkat di atas kepalanya, seolah dipakai. Dia pun menanyakan harganya.

Iki (tanduk banteng) regane pira?” tanyanya kepada Zaim.

Zaim menjawab jika hargany Rp 500.000.

Ganjar langsung memutuskan membeli karena bagus dan terhitung tidak mahal. Setelah itu, mata Ganjar tertuju pada benda yang terletak di samping kanannya.

Iki apa mas?” tanyanya sambil menunjuk benda yang dimaksud.

“Naga pak,” jawab Zaim.

Iki nggawene disambung ya? Apik. Regane pira?” tanyanya lagi

“Yang itu Rp 800.000 pak,” tuturnya.

Takbeli dua, Rp 1,5 juta ya,” pintanya.

Senyum Zaim pun mengembang. Dia lantas mengajak Ganjar untuk melihat proses produksinya. Zaim menjelaskan, tanduk yang dibuatnya berbahan baku tanduk sapi dan kerbau. Bahannya, terutama tanduk kerbau dipasok dari Kalimantan, karena di Jawa Tengah sulit mendapatkan.

Pengolahan tanduk tak hanya butuh keahlian dan selera seni, tapi juga ketekunan mengingat proses pengolahannya lama. Pengolahan diawali dengan menggergaji tanduk sesuai dengan ukuran kerajinan yang akan dibuat. Setelah digergaji, dibakar di atas bara api. Proses pembakaran bertujuan agar tanduk menjadi lentur sehingga mudah dibentuk.

Setelah di-press dan menjadi berbentuk lembaran, tanduk dicetak dan dipotong sesuai keinginan. Tahap terakhir adalah penghalusan dan finishing, kemudian dipasarkan.

“Awal (pendirian) memasarkan di gerbong-gerbong kereta. Kemudian di pameran-pameran tradisional di luar kota Jakarta hingga menemukan pelanggan yang tetap sampai sekarang,” ungkapnya.

Zaim menyampaikan, saat ini pemasaran masih mengandalkan relasi yang dulu dan membuka pasar baru di daerah wisata dengan sistem grosir. Salah satunya di Pasar Beringharjo Yogyakarta. Baru sekitar dua tahun ini dia mengenalkan produk melalui dunia maya.

“Omset kerajinan tanduk per bulan rata-rata Rp 7 juta – Rp 8 juta dengan menghabiskan (bahan baku) 200 kg. Tapi selain tanduk kami juga membuat kerajinan berbahan baku kayu dan batok kelapa. Jika digabungkan omsetnya mencapai Rp 25 juta. Tenaganya dengan memanfaatkan anak-anak muda desa yang tergabung dalam karang taruna,” urai dia.

Gubernur mengaku senang dengan kegiatan positif yang diciptakan warga Desa Pucang. Kegiatan itu akan membuat mereka tidak sempat terpengaruh oleh hal-hal negatif seperti narkoba dan radikalisme.

Kula matur nuwun karang tarunane top. Nek karang tarunane duwe ketrampilan, kegiatane kathah, niki mangke Insyaa Allah mboten terlibat narkoba. Nek kegiatane positif, mangke kupinge, pikirane dileboni kalih radikalisme, (mesti) menthal. Nek pada guyon ngeten niki, pikirane mesti kreatif. Lha batok dadi sabuk. Sungu dadi jungkat,” tuturnya.

Untuk meningkatkan kualitas, lanjut Ganjar, mereka bisa meminta pembinaan dari pemerintah. Mereka bisa mengajukan pembinaan secara spesifik, sesuai kebutuhan mereka.

Kira-kira butuh binaane apa. Niki sing ngertos njenengan. Kula butuh pelatihan Pak Gub. Pelatihan niki. Tunjukke buktine, produke kayak apa. Dadi mangke kualitase tambah apik, tambah laris, tambah ngrejekeni,” tutupnya.

 

Penulis : Rt, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait