Belajar Dari Kisah “Ublek-ublek Jumbleng”

  • 29 Jul
  • Prov Jateng
  • No Comments

Mungkid – Pondok pesantren menjadi sekolah terbaik untuk mengajarkan ilmu agama sekaligus akhlakul karimah bagi generasi muda. Sejumlah menteri di Indonesia yang dahulu pernah nyantri pun memberikan teladan kepada masyarakat tentang rasa hormat kepada orang tua dan guru yang telah mengantarkan mereka kepada kesuksesan.

“Agama memberikan ajaran yang becik dan di ponpeslah santri diajarkan pentingnya penghormatan kepada orang tua, guru, dan bangsa. Saya lihat teman-teman menteri yang dulunya pernah nyantri, kalau bertemu kiainya pasti menghormati betul. Mereka cium tangan,” terang Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP di hadapan santri saat Sarasehan Gubernur dengan pengasuh, pengurus, dan santri Ponpes Sirojul Mukhlasin 2 Layanan, Jumat (28/7).

Orang nomor satu di Jawa Tengah itu menambahkan, santri juga dididik untuk rajin membaca dan melakukan kajian. Budaya membaca itulah yang semakin memperluas wawasan santri.

“Santri itu biasanya reading habbit-nya tinggi, ngaji terus, iqro. Budaya membaca itulah yang mengasah penghayatan mereka. Karena membaca pakai perasaan, menghayati kalimat per kalimat, sehingga terinternalisasi. Masuk di kepala, masuk di hati. Membaca juga melatih imajinasi,” bebernya.

Pada sarasehan itu, Ganjar berdialog dengan salah seorang santri, Bayu Gilang. Mantan anggota DPR RI itu bertanya mengenai pengalaman Bayu yang paling berkesan setelah nyantri selama enam tahun. Bayu pun menjawab, pengalaman paling berkesan di ponpes adalah membersihkan toilet.

“Pengalaman paling berkesan itu waktu bersih-bersih belakang, Pak,” jawab Bayu malu-malu.

“Belakang itu maksudnya WC?” tanya Ganjar memastikan. Dia dan seluruh hadirin heran ketika mendengar jawaban Bayu sembari menahan tawa.

Bayu pun mengangguk mengiyakan. Baginya, membersihkan toilet begitu berkesan karena mengingatkannya pada sebuah kisah tentang pondok pesantren yang pernah dia dengar.

Wonten cerita saking ustad kula. Wonten kiai ingkang cincin nyainipun kecemplung jumbleng. Cincin menika dipun padhosi. Saat itu, santri membantu kiainya mencari cincin itu di jumbleng sebagai wujud penghormatannya kepada kiai. Karena rasa hormatnya kepada kiai, akhirnya santri itu menjadi kiai besar. Kelak saya juga ingin jadi kiai besar seperti santri itu, Pak,” cerita Bayu.

Tepuk tangan Ganjar dan hadirin pun riuh terdengar ketika Bayu selesai bercerita. Ganjar mengaku belum pernah mendengar kisah itu dan baginya cerita tersebut memang menyentuh.

“Ceritanya dahsyat. Iki top tenan karena santri hormat sama kiainya dan ada cincin yang kecemplung, jumbleng pun rela diubek-ubek. Ini mencerminkan rasa hormat santri kepada kiai dan karena itulah santri itu bisa jadi kiai besar. Keikhlasan Bayu membersihkan toilet ponpes juga menunjukkan bahwa dia mengamalkan ajaran para kiai, yaitu kebersihan adalah sebagian dari iman,” puji Ganjar.

 

Penulis : Ar, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

 

 

Berita Terkait