“Batman” pun Jadi Motif Batik Unik Jateng

  • 03 Oct
  • Prov Jateng
  • No Comments

Semarang – Batik Indonesia telah dikenal luas masyarakat nusantara dan mancanegara, perkembangannya pun tidak hanya menyangkut desain motif yang beragam, namun model, hingga kualitas bahan pun bermacam-macam. Corak unik dengan model menarik menjadikan warisan budaya asli Indonesia ini semakin “ngetren” di semua kalangan.

“Sekarang masyarakat bisa berbatik ria, bahkan pada Hari Batik kemarin di media sosial mereka menunjukkan batik khas masing-masing daerah. Batik sudah di hati dan sudah makjleb betul. Ayo kita lestarikan,” ujar Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP saat dialog interaktif “Mas Ganjar Menyapa” di Rumah Dinas Puri Gedeh, Selasa (3/10).

Pada dialog bertema “Menjaga Batik Warisan Dunia” itu, gubernur mengatakan saat ini hampir setiap daerah di Jawa Tengah memiliki batik dengan corak khas masing-masing. Tidak sedikit yang menuangkan imajinasi seni pada kain hingga menjadi batik nan cantik. Bahkan banyak pula masyarakat yang merespon perkembangan batik dengan mengangkat potensi yang ada, kemudian dituangkan menjadi motif unik.

“Potensi apa yang ada di daerah mereka tuangkan, misalnya tumbuhan, binatang, pariwisata, ataupun sesuatu yang menjadi ciri khas daerah. Misalnya Gua Lawa di Purbalingga, batik khasnya bergambar kelelawar yang saya sebut Batman, dan kini dikenakan para ASN Purbalingga,” katanya.

Tidak kalah menarik adalah motif Damin Surosentiko, pohon dan daun kayu jati khas Blora pun menjadi buruan para penggemar batik. Kemudian Kota Salatiga corak khasnya berupa gambar menyerupai batu atau artefak peninggalan leluhur warga Salatiga. Sedangkan Soloraya lebih pada motif klasik, dan berbeda dengan Pekalongan dan sekitarnya yang didominasi flora, fauna dengan warna cerah.

Ganjar menjelaskan, budaya peninggalan nenek moyang Indonesia telah dinobatkan oleh UNESCO sebagai salah satu Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober 2009, dan kini dikenal sebagai Hari Batik Nasional.

“Setiap desain batik itu punya folosofi, prosesnya panjang. Karya batik juga mengandung unsur alkuturasi budaya. Seperti batik bambu buatan Blora yang awalnya dinamakan bambu jaipong karena akulturasi budaya Jateng dan Jabar,”  terangnya.

Desain yang beragam yang cocok dikenakan oleh siapapun dan dan momen apapun, menjadikan batik digemari banyak orang. Bahkan tidak sedikit warga luar negeri yang menggandrungi batik nusantara. Jika pada sekitar tahun 1980-an orang mengenakan batik identik dengan keluguan, “ndeso”, dan tidak modis, sekarang batik justru ngetren.

“Dulu orang pakai batik bawahan jeans dianggap tidak beretika berbusana. Tetapi jeans hari ini dikawinkan dengan batik luar biasa trend. Bahkan di Pejalongan jeans dibatik, kini yang memakai batik anak-anak hingga dewasa, juga seragam sekolah,” jelasnya.

Setiap sekolah di Jawa Tengah memiliki seragam batik yang beda motif antara satu daerah dengan daerah lain. Namun, menurut gubernur selama ini desain dan coraknya masih harus lebih ditingkatkan agar tak terkesan monoton, menjadi lebih kekinian, dan mencerminkan karakter siswa.

“Yang di sekolah batiknya didesain ulang ulang dong. Bapak-ibu kepala sekolah adakan lomba desain motif batik di sekolah masing-masing dan siswa yang menang karyanya untuk seragam di sekolah. Diciptakan batik yang menarik, tidak kaku, yang colourfull, sehingga kita memunculkan desainer-desainer yang hebat,” tandasnya.

 

Penulis : Mn, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait