Bangun Manusia, Investasi Luar Biasa

  • 21 May
  • bidang ikp
  • No Comments

Purbalingga – Kondisi bangsa Indonesia di zaman perjuangan yang dirundung kepapaan namun mampu menghasilkan energi dahsyat dalam meraih kemerdekaan, mesti menjadi inspirasi bagi penerus era sekarang. Apalagi, kini kondisi bangsa sudah jauh lebih siap, baik dari segi SDM maupun sumber daya alamnya.

Pesan tersebut diamanatkan oleh Plt Gubernur Jawa Tengah Drs H Heru Sudjatmoko MSi saat membacakan pidato Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, dalam Peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-110 Tingkat Provinsi Jawa Tengah di Alun-alun Kabupaten Purbalingga, Senin (21/5).

Menyadari pentingnya pembangunan SDM, pada butir kelima Nawacita Kabinet Presiden Joko Widodo mencantumkan visi meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan. Pada awal tahun ini, visi itu mendapat penekanan lebih melalui amanat presiden yang menyatakan bahwa pemerintah akan meningkatkan pembangunan sumberdaya manusia pada 2019.

“Melalui pembangunan manusia yang terampil dan terdidik, pemerintah ingin meningkatkan daya saing ekonomi, dan secara simultan, meningkatkan kapasitas sumberdaya manusianya,” tuturnya.

Pihaknya yakin, kebangkitan sumberdaya manusia Indonesia secara bersama-sama dan kompak, tanpa terdistriksi godaan-godaan yang kontraproduktif, akan membawa pada kejayaan bangsa. Dan tentu, akan membawa manfaat bagi masing-masing individu.

“Bayangkan jika kita sepenuhnya berhasil membangun sumberdaya manusia, dari 260-an juta penduduk di negeri ini. Bercermin dari keberhasilan Boedi Oetomo yang menggalang ide nasionalisme mulai dengan segelintir orang, lebih dari seabad lalu,” kata dia.

Heru pun sependapat dengan pesan dari pidato tersebut. Membangun infrastruktur tentu penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi maupun memberikan fasilitas yang baik kepada masyarakat. Namun, pembangunan fisik itu tidak cukup apabila tidak diiringi dengan pembangunan SDM.

“Tema Harkitnas tahun ini antara lain menggarisbawahi bahwa membangun infrastruktur itu penting. Tapi tidak kalah penting membangun SDM. Diilustrasikan di sana, kalau pembangunan fisik bisa rusak, runtuh. Tapi kalau membangun manusia, investasi yang luar biasa. Memang tidak bisa selesai satu atau dua tahun, tapi harus berkelanjutan,” urai dia.

Mengingat pentingnya pembangunan sumberdaya manusia, Heru pun mengingatkan jika pembangunan itu mesti menjadi visi semua kepala daerah, maupun presiden yang menjabat. Pengalaman dari bangsa-bangsa lain sudah menunjukkan, betapapun sebuah negara kaya dengan sumberdaya alam, apabila sumberdaya manusianya kurang baik, tetap akan terseok-seok menuju kemajuan.

Pada kesempatan itu, Plt Gubernur juga menyerahkan penghargaan Satya Karya Lencana Karya Satya bagi Pegawai Negeri Sipil yang telah mengabdi selama 30 tahun, 20 tahun, dan 10 tahun. Selain itu dibagikan pula sejumlah bantuan.

 

Ziarah Makam Tokoh Pendidik

Usai menjadi inspektur upacara, Plt gubernur berziarah ke makam Tokoh Pendidik Nasional, Prof Dr R Soegarda Poerbakawatja di Desa Prigi Kecamatan Padamara Purbalingga. Kiprah Prof Dr Soegarda dulu antara lain adalah sebagai sekretaris penyelidik pengajaran yang diketuai Ki Hajar Dewantara pada 1949 – 1961, salah satu pendiri Universitas Gadjah Mada, konseptor pendirian Perguruan Tinggi Pendidikan Guru yang kemudian disebut IKIP, dan pendiri Universitas Cendrawasih di Jayapura. Pada 1977, Prof Dr Soegarda menerima penghargaan dari Presiden Soeharto sebagai Perintis Pengembangan Pendidikan Tinggi.

Ziarah selajutnya di Pesarean Keboetoh Kecamatan Sokaraja. Tabur bunga dilakukan di makam Prof Angka Projosudirjo, Dr Margono Soekarjo, dan Bupati Purbalingga ke-13 R Mas Kartono

Prof Angka merupakan salah satu tokoh yang memiliki peran saat berdirinya organisasi Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908. Pada fase awal pembentukan organisasi, Prof Angka menjabat sebagai bendahara.

Plt Gubernur menuturkan, ziarah di makam pahlawan ini untuk mengenalkan semangat kebangsaan, mengenalkan cita-cita awal kemerdekaan, utamanya pada generasi muda. Di samping itu, memberikan inspirasi pada generasi muda, di tengah kondisi bangsa yang sengsara, para pahlawan bisa bangkit menyatukan tekad untuk merdeka.

“Kita ingin ini jadi inspirasi, terutama bagi generasi muda. Kalau di zaman sengsara, itu saja mereka bisa. Kan banyak tokoh dengan pendidikan yang sangat baik, dia kerja dengan pemerintah kolonial kan sudah makmur. Tapi mau berjuang, mau sengsara karena didorong cita-cita, bukan untuk pribadi, tapi untuk bangsa,” tutupnya.

Penulis : Rt, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Humas Jateng

Berita Terkait