Bangun Indonesia Tidak Perlu Pakai Pedang

  • 09 May
  • Prov Jateng
  • No Comments

Brebes – “Apa yg ada pikiranmu kalau ditanya tentang radikalisme?”

Pertanyaan itu dilontarkan oleh Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP kepada salah seorang santri, Ahmad, saat menghadiri Sarasehan Ulama dan Santri Ponpes se-Eks Karesidenan Pekalongan bertajuk “Pesantren sebagai Pelopor Anti Narkoba, Radikalisme, dan Intoleransi” di Ponpes Al-Hikmah II Benda, Sirampog, Senin (8/5).

Ahmad menjelaskan, radikalisme adalah sekelompok orang yang jalanya melenceng dari ideologi bangsa, juga bertentangan dengan ajaran agama Islam.

“Contohnya ISIS. Mereka menindas, menyiksa, bahkan membunuh manusia lainnya,” lanjutnya.

Penjelasan Ahmad itu diacungi jempol oleh gubernur. Menurutnya, Ahmad sudah cukup baik memahami mengenai radikalisme dan mengapa gerakan ekstremisme tersebut dilarang di tanah air. Orang nomor satu di Jawa Tengah itu menambahkan, komunis satu contoh gerakan radikal lainnya pernah menghembuskan pemberontakan  di Indonesia hingga akhirnya komunis dilarang di Indonesia.

Senada dengan Ganjar, pengasuh Ponpes Al-Hikmah II KH Solakhudin Masruri  menegaskan, masyarakat tidak terkecuali para santri, harus mencintai NKRI dan mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan dengan segala hal yang dirahmati Allah SWT.

“Kalau di Indonesia mau membentuk negara kok pakai pedang, kemudian memusuhi, itu bukan ranah Islam. Kalau kita mencintai Indonesia dengan iman, Indonesia akan menjadi seperti cita-cita ulama kita, baldatun toyyibatun warobbul gofur. Maka perjuangan para pahlawan kita menciptakan kemerdekaan harus kita isi dengan rahmatan lil alamin,” jelasnya.

 

Penulis : Ar, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Berita Terkait