Atikoh : Jaga Kewarasan, Jadilah Sandaran Suami, dan Bantu Sesama

  • 02 Aug
  • bidang ikp
  • No Comments

SEMARANG – Pandemi Covid-19 telah membuat sebagian besar Pegawai Negeri Sipil (PNS) bekerja lebih keras, terutama mereka yang bertugas di sektor esensial, yang dituntut siaga 24 jam, tujuh hari seminggu. Untuk itu, para isteri yang otomatis menjadi anggota Dharma Wanita Persatuan (DWP) mesti menjadi support system, agar suaminya bisa mengabdi kepada masyarakat.
Hal tersebut disampaikan Penasihat DWP Provinsi Jawa Tengah Atikoh Ganjar Pranowo, saat Tatap Muka dan Dialog DWP Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Jateng secara virtual, dari Rumah Dinas Gubernur (Puri Gedeh), Senin (2/8/2021). Menurutnya, sekuat apa pun pria, tetap memerlukan dukungan dari pendamping hidupnya. Namun, setiap manusia memiliki tingkat kerapuhan saat kondisinya menurun.
“Saat seperti sekarang, konsekuensinya beban kerja suami besar. Kita sebagai istri harus menjadi support system suami. Minimal, ketika kondisi di rumah tertangani, suami tidak perlu memikirkan hal-hal yang tidak esensial. Hal-hal remeh, cukup kita tangani dan jangan ada komplain,” beber Atikoh.
Ditambahkan, komunikasi dengan suami juga mesti terus dijaga. Eling lan ngelingke dilakukan untuk saling mengingatkan, terutama kedisiplinan penerapan protokol kesehatan. Termasuk, mengingatkan untuk memperhatikan asupan gizi dan kesehatan masing-masing. Tak hanya di lingkup keluaga inti, eling lan ngelingke ini juga diharapkan dilakukan pada saudara, tetangga, dan masyarakat.
“Tapi, mengingatkan kepada masyarakat harus menggunakan bahasa yang positif. Jangan menggurui,” ujarnya.
Atikoh juga mengajak anggota DWP untuk membantu masyarakat yang terdampak Covid-19. Jika ada rezeki, mereka bisa membeli dagangan tetangga, teman, atau pedagang lainnya. Apa yang dibeli itu juga tidak harus dimanfaatkan sendiri, tapi bisa disumbangkan kepada orang yang membutuhkan.
“Hindari hoaks. Kita harus bisa memilah dan memilih informasi apa yang penting dan yang perlu diabaikan. Jangan sampai terjadi kecemasan atau panic attack, seperti yang pernah terjadi beberapa waktu lalu, di mana gara-gara isu susu yang bisa memperkuat imun, masyarakat rebutan, berbondong-bondong membeli. Pakai logika, pemenuhan gizi tak hanya dipenuhi dari susu,” sorot Atikoh.
Tak kalah pentingnya, ibu satu anak ini menekankan agar para wanita harus kuat, bahagia, dan tetap berpikir positif. Jaga kesehatan selain dengan disiplin protokol kesehatan, juga aktif berolahraga, makan bergizi, menyalurkan hobi, dan berdoa.
“Jaga agar tetap waras, baik fisik maupun mental. Sehingga imun tetap kuat. Para istri, saatnya lebih banyak jadi sandaran suami. Tak hanya sebagai istri, tapi juga sebagai ibu. Doakan suami sehat, diberi kekuatan agar bisa memberi pelayanan bagi masyarakat. Wakafkan suami untuk masyarakat,” tegasnya.
Hal senada juga disampaikan penggiat literasi, Maman Suherman. Dia mengapresiasi gerakan eling lan ngelingke yang diinisiasi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, untuk saling mengingatkan, saling membantu. Apalagi, di tengah kondisi negara ini yang sedang tidak baik-baik saja. Namun, dia percaya, selalu ada asa di tengah duka.
Menurutnya, the power of giving (kekuatan memberi) mesti kembali dibangkitkan. Tak hanya memberikan harta, tapi bisa menggerakkan pancaindera untuk berempati kepada masyarakat, menggerakkan Jogo Tonggo.
“Jangan-jangan saat ini kita diingatkan Tuhan karena anosmia sosial. Tidak punya rasa dengan tetangga, tidak punya empati. Seperti kita tahu, anosmia salah satu gejala Covid-19,  di mana kita tidak bisa merasakan. Misalnya, kita memasak, baunya wangi, tapi tidak tahu ada tetangga yang kelaparan. Allah mengingatkan kita, nggak enak kan nggak punya rasa. Ayo bangkitkan lagi Jogo Tonggo,” sorotnya. (Ul  Diskominfo Jateng)

Berita Terkait