Portal Berita
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
Atasi Rob Demak, Pemprov Jateng Usulkan konsep “Hybrid Sea Wall” untuk Perpanjangan Tanggul Laut
- 17 Jun
- ikp
- No Comments

SEMARANG – Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin, mengusulkan konsep Hybrid Sea Wall untuk perpanjangan pembangunan tanggul laut di Kabupaten Demak.
Konsep yang berasal Tim Pengendalian Banjir Pasang Rob Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang itu, dinilai lebih hemat dan efisien.
Hybrid sea wall didesain dengan kombinasi beton ringan berupa kelontong, untuk menahan ombak. Konsepnya, konstruksi beton kelontong ringan itu ditata tiga tumpuk ke atas, diisi dengan material hasil pengerukan sedimentasi sungai, hingga mampu menjadi media tanam mangrove. Tujuannya, agar membentuk ekosistem mangrove baru secara alami, di kawasan pesisir. Dari sisi pembiayaan, konsep ini dinilai lebih murah.
“Konsep dari Undip ini lebih hemat. Harapan kami bisa menangani banjir dan rob di seluruh Kabupaten Demak. Ekosistem juga bisa dikembalikan dengan edukasi penanaman mangrove,” kata Taj Yasin, saat rapat koordinasi lintas sektoral untuk penanganan banjir dan rob Demak, di ruang kerjanya, Kota Semarang, Senin (16/6/2025).
Ditambahkan, dengan menerapkan skema hybrid sea wall, diharapkan bisa memperpanjang pembangunan benteng alami di wilayah pesisir.
Wagub membeberkan, target semula, perpanjangan pembangunan tanggul laut di Demak bertambah sepanjang 10 kilometer. Pihaknya berharap bisa bertambah menjadi 20 kilometer, hingga Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara.
Rencananya, konsep ini akan dibawa ke Kementerian Pekerjaan Umum (PU) untuk dirapatkan kembali. Apabila secara teknis dinilai cocok diterapkan di pesisir Demak, maka bisa menjadi dasar untuk langkah selanjutnya.
Wakil Kepala LPPM Undip Bidang Pengabdian, Achmad Zulfa Juniarto menjelaskan, area terdampak banjir dan abrasi, khusus di Kecamatan Sayung, lebih cepat dan luas dalam sepuluh tahun terakhir.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Undip mengonsepkan hybrid sea wall. Konsep ini bermanfaat dalam memperkuat dan memulihkan ekosistem pesisir. Selain itu lebih adaptif karena sistem berlapis dan berbasis alam, serta lebih hemat karena memulihkan ekosistem secara alami.
Contoh yang sudah dilakukan berada di Desa Timbulsloko, Kecamaran Sayung, dan Desa Purworejo, Kecamatan Bonang. Project hybrid sea wall yang dimulai pada 2012 di Timbulsloko, telah mengembalikan sempadan pantai sepanjang 100 meter. Tingkat keberhasilan pertumbuhan mangrove mencapai 90 persen.
“Tanaman mangrove dalam enam tahun pertumbuhannya 4-6 meter. Inilah yang disebut dengan konsep hybrid sea wall,” tandas dia. (Humas Jateng)*ul