APD Terbatas, Jateng Produksi Pakaian Pelindung Sendiri

  • 23 Mar
  • bidang ikp
  • No Comments

SEMARANG – Terdesak stok alat pelindung diri (APD) yang semakin terbatas, Rumah Sakit Umum Daerah Dr Moewardi Solo membuat pakaian pelindung secara mandiri. Mereka menggunakan jasa penjahit mukena, untuk memproduksi alat pelindung bagi perawat dan dokter yang bekerja menangani pasien Covid-19.
Kreasi APD hand made itu, dipamerkan saat Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berkunjung ke Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Jateng, Senin (23/3/2020). Menurut Ganjar, upaya ini patut diapresiasi.
“Kemarin Rumah Sakit Moewardi jahit mantel ini (APD). Ini bagus, karena jahit sendiri. Jangan membebani (pemerintah) pusat, namun kita harus kreatif dan inovatif. Pelajar dan peneliti juga bisa buat ini juga (hand sanitizer),” ujar Ganjar.
Selanjutnya, APD buatan RSUD Dr Moewardi itu akan didistribusikan untuk kebutuhan internal rumah sakit dan Dinas Kesehatan Provinsi Jateng, serta dibagikan pada fasilitas kesehatan yang memerlukan.
Kepala Bidang Pelayanan Penunjang RSUD Dr Moewardi Surakarta Bambang SW mengatakan, produksi APD tersebut masih terbatas. Namun, pihaknya berusaha memenuhi target pembuatan untuk internal rumah sakit dan Dinkes Provinsi Jateng yang mencapai ribuan helai.
Menurutnya, bahan yang digunakan merupakan jenis Polypropylene Spunbound. Bahan itu, diklaim bebas dari bakteri.
“Kami menggandeng mitra kami, pembuat rukuh (mukena) kemudian saya suruh stop dan membuat ini (APD). Bahannya ini anti bakteri, namun dalam pembuatannya, kita tetap mengharuskan penjahit untuk mencuci tangan, menggunakan pembasuh alkohol, supaya benar-benar higienis,” tuturnya.
Pada tahap awal pembuatannya, rumah sakit melakukan riset melalui laman mesin pencari. Setelahnya, melakukan pencarian bahan yang persis dengan APD standard pabrikan.
Dalam sehari, kata Bambang, bisa menghasilkan 200-250 buah APD. Sedangkan kebutuhan harian untuk petugas di RSUD Dr Moewardi sebanyak 15 buah.
“Kalau ongkos produksi sekitar Rp35 ribu sampai Rp40 ribu (per unit). Sedangkan, untuk pabrikan harganya Rp60 ribu sampai sekarang sekitar Rp100 ribu. Awalnya kami beli yang pabrikan, kemudian nyontho (mencontoh), terus beli bahan dan dijahit,” jelas Bambang.
Ia menyebut, saat ini masih memiliki sediaan bahan, untuk membuat sekitar 1.500 APD. Dia berharap, agar stok polypropylene di Solo masih mencukupi selama masa tanggap darurat pandemi Covid-19.
“Di Solo sudah mulai kesulitan untuk cari, mudah-mudahan di Semarang masih banyak. Ini untuk kebutuhan internal, namun kalau untuk dinas (Dinkes Provinsi Jateng) ya kita buatkan,” pungkas Bambang.
Salurkan Hand Sanitizer dan Vitamin
Pada kesempatan yang sama, PT Phapros menyalurkan 100 kardus multivitamin, 100 liter hand sanitizer melalui Dinkes Provinsi Jawa Tengah. Bantuan itu, selanjutnya didistribusikan kepada masyarakat.
“Bantuan ini kami salurkan langsung ke Dinkes Jateng agar kemudian diserahkan kepada masyarakat dalam rangka mengantisipasi penyebaran Covid-19,” kata Dirut PT Phapros Barokah Sri Utami.
Ia juga memgungkapkan, menghadapi pandemi Covid-19 perusahaan yang merupakan anak usaha BUMN PT Kimia Farma telah mengaplikasikan protokol work from home. Namun, dari sisi bisnis pabrik tetap berjalan normal.
“Kami masih memproduksi kebutuhan obat-obatan dan multivitamin. Kami juga memfasilitasi karyawan dengan pemberian vaksin influenza, vitamin, hand sanitizer dan masker, guna meminimalkan risiko penularan,” imbuh Barokah.
Bantuan itu, diterima langsung oleh Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Menurutnya, hal itu merupakan bagian dari kepedulian perusahaan akan kebutuhan masyarakat.
“Terimakasih, atas bantuan yang telah diberikan. Ini adalah bukti dari spirit perusahaan, dalam berbagi materi juga berbagi perasaan,” pungkas Ganjar. (Pd/Ul, Diskominfo Jateng)

Berita Terkait